29 August 2005

The Story Of Curug Nangka


Curug Nangka. Merupakan suatu kawasan hutan wisata atau biasa disebut Wana Wisata di daerah Bogor yang menyajikan suatu panorama alam berupa keindahan hutan dan air terjun. Lokasi obyek wisata ini berada tidak jauh dari Bumi Perkemahan Sukamantri, dan masih berada di kaki Gunung Salak pada ketinggian 750 m dpl. Seperti halnya Bumi Perkemahan Sukamantri, perjalanan ke Curug Nangka pun dapat ditempuh dari Bogor melalui Ciapus, dan dilanjutkan dengan jalan kaki sepanjang ±1,5 km.

Pembangunan Wana Wisata Curug Nangka lebih diprioritaskan sebagai obyek wisata harian. Namun demikian bagi pengunjung yang berminat untuk berkemah, masih tersedia lapangan untuk berkemah, tapi fasilitasnya agak terbatas. Wana Wisata Curug Nangka, banyak diminati oleh para kawula muda dari Jakarta dan sekitarnya, karena selain memiliki pesona alam yang sangat indah, juga mudah dijangkau dan tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Daya tarik utama Wana Wisata Curug Nangka adalah air terjun yang mempunyai 3 tahap, dengan masing-masing ketinggian antara 10 -20 m. Sedangkan daya tarik lainnya adalah, keadaan lapangan yang berbatu dibawah teduhnya tegakan pohon Pinus, serta mengalirnya air pegunungan.

Sungguh merupakan daya tarik yang bisa menghilangkan kejenuhan akibat kegiatan sehari hari yang melelahkan dan menjemukan. Fasilitas-fasilitas yang tersedia di Wana Wisata Curug Nangka adalah : shelter-shelter, kios-kios makanan, mushola, mck, lintas jalan kaki, dan lain-lain. Para pengunjung dikenakan tarif masuk Rp. 3.000,-/orang (termasuk asuransi jiwa Rp. 250,-). Untuk berkemah dikenakan tarif sebesar Rp. 2.750,-/orang/hari

Nah beberapa hari yang lalu saya bersama teman-teman dan saudara-saudara se-iman dari myquran.org mengadakan acara tafakur alam di lokasi ini. Acara ini berawal ketika para member dari MyQuran ingin mengadakan acara ketemuan akbar, kemudian kang d24k1 menggagas pembentukan MyQPala. Setelah dibuat polling tentang tempat dan tanggal pelaksanaan maka ditetapkanlah lokasinya di Curug Nangka dan akan dilaksanakan pada tanggal 27-28 Agustus 2005. Sebelum pelaksanaan diadakan sruvey terlebih dahulu..... Wah kalo ini segh bukan survey lagi soalnya perserta surveynya masya allah banyak tenan ini....

Akhirnya tibalah saat pelaksanaan TA di Curug Nangka. Agar lebih mantap maka diberangkatkanlah tim advance untuk membawa beberapa perlengkapan awal dan mendirikan tenda di lokasi. Tim terdiri dari tiga ikhwan member MyQ yaitu akhina Alfarizy, Alghifari dan pakdhe_aree, yang berangkat Jum'at sore. Sampai di bogor, saat akan melanjutkan ke lokasi ternyata hujan deras mengguyur walhasil kita berteduh sembari menunggu hujan reda. Namun setelah ditunggu beberapa saat belum terlihat tanda-tanda hujan kan mereda akhirnya diputuskan untuk menyarter angkot sampai tujuan. Alhamdulillah ada angkot yang bersedia. Waktu menunjukkan pukul 8 malam lebih ketika angkot tersebut sampai di lokasi tujuan. Suasana masih hujan dan hari sudah gelap, beruntung saat itu masih ada warung yang masih buka sehingga kamipun bergegas menuju kesana. Sembari melepas lelah dan penat serta dinginnya udara di badan kami pesan teh hangat dan makan mie. Banyak yang tercurah dan tertumpah saat kami saling berbagi cerita dan pengalaman masing-masing dalam warung itu. Setelah ditunggu sekian lama hujan belum juga mereda maka diputuskan untuk menginap di warung tersebut sampai pagi.

Alhamdulillah saat sinar sang mentari pagi menyapa cuaca terlihat cerah, setelah berolah raga sejenak untuk meregangkan otot-otot yang kaku dan menghangatkan diri dengan segelas teh panas, kamipun bergegas menuju lokasi untuk mendirikan tenda. Alhamdulillah tenda berhasil didirikan walau lokasinya tidak sesuai pada saat survey karena pertimbangan tempat yang awal kurang memadai. Sekitar jam 8 pagi akhina Ghifari dan Alfarizy pamit untuk pulang terlebih dahulu karena ada keperluan yang harus diselesaikan, tinggalah pakdhe_aree sendiri menunggu tenda....


to be continued......

07 August 2005

Kembalilah Wahai Jiwa



Duhai jiwa....
Yang dirundung kelam
Yang terperosok dalam kubangan
Ingat dan sadarlah

Bila sang waktu t'lah memanggil
Dia kan berlalu tanpa peduli
Kan diirislah segala yang dilalui
Rasakanlah pedihnya sembilu dalam diri

Wahai jiwa....
Yang hatinya keras bagai cadas
Terselimut dosa berkarat hingga pekat
Janganlah kau tunggu adzab pedih-Nya
Karena kau tak ada ilmu betapa teramat sakitnya
Dan tak tahu kapan kan diseru tuk menghadap-Nya

Duhai jiwa....
Yang kehilangan ruh di jalan dunia
Terhilang dari tongkat penuntun
Segera temukan sang pemandu
Usahlah pongah dan jengah akan nasihat
Jangan pula turut langkah syaithan
Nur kasih-Nya bak semesta luasnya
Sambut dan songsonglah

Kembalilah wahai jiwa....
Yang berkubang dalam pekatnya gelap
Tuhanmu sungguh Maha Pengampun
Sujudlah mohon ampun
Datangilah Ia setiap saat
Agar kau tak kembali sesat

Ya Rabbana...
Man ana?
Ana jahillunnaas!!!
Tunjukilah hamba dalam hidup dan berkehidupan
Genggamlah hati dan jiwa hamba
Agar tak terlepas dan terseret dalam derasnya tipuan dunia

Rabbana dzalamna anfusana
Wa illam taghfirlana
Watarhamna
Lana kunana minal khasyiriin


070805(dibuat sambil dengerin nasyid Pergi Tak Kembali dari Rabbani dan Nur Kasih dari In Team) copyright© pakdhe_aree

06 August 2005

Membela Ahmadiyah berdasarkan HAM

Pembela Ahmadiyah berlindung dalam HAM untuk membolehkan aliran sesat. Jika ada aliran yang 'menghina' agama lain, bolehkan dibiarkan atas nama HAM? Baca Catatan Akhir Pekan Adian ke-110, Senin, 1 Agustus 2005


Rabu (27/7/2005) lalu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengumumkan temuan awalnya, bahwa dalam kasus penyerbuan Kampus Mubarak milik Ahmadiyah telah terjadi indikasi pelanggaran HAM. Seperti kita ketahui, belakangan ini, para pembela Ahmadiyah bendasarkan dirinya pada konsepsi HAM, bahwa setiap orang bebas memeluk agama apa saja dan menyebarkan agamanya.

Masalah HAM sudah lama menjadi perdebatan panjang di kalangan Muslim. Seyogyanya, kaum Muslim Indonesia juga mempunyai kesepakatan tentang hal ini. Apakah semua pasal dalam Piagam Universal tentang HAM (Universal Declaration of Human Right) itu dapat diterima oleh umat Islam.

Bagi yang mengimani Piagam ini, maka dia akan meletakkannya di atas Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Benar dan salah, diukur dengan ukuran Kitab Suci HAM ini.

Dengan kata lain, mereka menjadikan teks HAM lebih tinggi kedudukannya dari teks Kitab Suci umat Islam.

Pasal 18 Universal Declaration of Human Right menyatakan, “Setiap orang mempunyai hak untuk berpikir, berperasaan, dan beragama; hak ini meliputi kemerdekaan untuk menukar agama atau kepercayaan, dan kemerdekaan baik secara perseorangan maupun secara golongan, secara terbuka dan tertutup, untuk memperlihatkan agama dan kepercayaannya dengan mengerjakannya, mempraktikkannya, menyembahnya, dan mengamalkannya.”

Sesuai dengan konsep ini, maka orang mau memeluk dan mengamalkan agama jenis agama apa saja harus dihormati dan diberi kebebasan. Tidak pandang apakah mereka sembahyang dengan telanjang atau berendam di kolam, saat tengah malam.

Bagaimana jika agama itu melecehkan agama lain? Apakah itu harus dibiarkan. Dan negara tidak boleh melarangnya?

Sebut saja misalnya, salah satu Kitab aliran Kebatinan di Indonesia, yang bernama “Darmogandul”, dalam salah satu bait Pangkur-nya menyatakan: “Akan tetapi bangsa Islam, jika diperlakukan dengan baik, mereka membalas jahat. Ini adalah sesuai dengan zikir mereka. Mereka menyebut nama Allah, memang Ala (jahat) hati orang Islam. Mereka halus dalam lahirnya saja, dalam hakekatnya mereka itu terasa pahit dan masin.”

Ada lagi ungkapan dalam Kitab itu: “Adapun orang yang menyebut nama Muhammad, Rasulullah, nabi terakhir. Ia sesungguhnya melakukan zikir salah. Muhammad artinya makam atau kubur. Ra-su-lu-lah, artinya rasa yang salah. Oleh karena itu ia itu orang gila, pagi sore berteriak-teriak, dadanya ditekan dengan tangannya, berbisik-bisik, kepala ditaruh di tanah berkali-kali.”

“Semua makanan dicela, umpamanya: masakan cacing, dendeng kucing, pindang kera, opor monyet, masakan ular sawah, sate rase (seperti luwak), masakan anak anjing, panggang babi atau rusa, kodok dan tikus goreng.”

“Makanan lintah yang belum dimasak, makanan usus anjing kebiri, kare kucing besar, bistik gembluk (babi hutan), semua itu dikatakan haram. Lebih-lebih jika mereka melihat anjing, mereka pura-pura dirinya terlalu bersih.”

“Saya mengira, hal yang menyebabkan santri sangat benci kepada anjing, tidak sudi memegang badannya atau memakan dagingnya, adalah karena ia suka bersetubuh dengan anjing di waktu malam.

"Baginya ini adalah halal walaupun dengan tidak pakai nikah. Inilah sebabnya mereka tidak mau makan dagingnya.”

“Kalau bersetubuh dengan manusia tetapi tidak dengan pengesahan hakim, tindakannya dinamakan makruh. Tetapi kalau partnernya seekor anjing, tentu perkataan najis itu tidak ada lagi. Sebab kemanakah untuk mengesahkan perkawinan dengan anjing?”

Prof. Rasjidi, yang menerjemahkan naskah Darmogandul itu dari bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia, membuat ringkasan ajaran aliran ini.

Diantaranya:

(-) Menurut Darmogandul, yang penting dalam Islam bukan sembahyang, tetapi syahadat “sarengat”. “Sarengat” artinya: hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan. Hubungan seksual itu penting sekali, sehingga empat kiblat juga berarti hubungan seksual.

(-) Darmogandul menafsirkan kata-kata pada ayat kedua dalam surat al-Baqarah sebagai berikut: “Zalikal” artinya “jika tidur, kemaluan bangkit”; “kitabu la” artinya “kemaluan-kemaluan laki-laki masuk secara tergesa-gesa ke dalam kemaluan perempuan”; “raiba fihi hudan” artinya “perempuan telanjang”; “lil muttaqin” artinya “kemaluan laki-laki berasa dalam kemaluan
perempuan”.
(Dikutip dari buku “Perkembangan Kebatinan di Indonesia, karya Hamka, Bulan Bintang, 1971, hal. 22-23).

Begitulah ajaran salah satu aliran Kebatinan yang juga mengaku sebagai satu agama.

Sesuai konsep HAM tersebut, maka aliran seperti ini juga harus diberi kebebasan dan tidak boleh dilarang apalagi dihentikan penyebarannya secara paksa.

Siapa yang memaksa untuk menghentikan ajaran agama semacam ini, apalagi dengan menggunakan kekerasan, maka mereka akan dicap sebagai pelanggar HAM, dan dapat diproses ke pengadilan.

Pasal HAM tentang kebebasan beragama inilah, yang menurut tokoh Muhammadiyah, Prof. Dr. Hamka, harus ditolak oleh umat Islam. Secara khusus tentang masalah ini, Hamka menulis: “Yang menyebabkan saya tidak dapat menerimanya ialah karena saya jadi orang Islam, bukanlah “Islam statistik”.

"Saya seorang Islam yang sadar. Dan Islam saya pelajari dari sumbernya, yaitu Al-Quran dan Al- Hadits. Dan saya berpendapat bahwa saya baru dapat menerimanya kalau Islam ini saya tinggalkan, atau saya akui saja sebagai orang Islam tetapi syariatnya tidak saya jalankan atau saya bekukan.”

Terhadap orang yang menerima konsep dalam HAM itu sebagai hal yang universal, Hamka mengingatkan, bahwa orang itu telah turut dengan sengaja menghancurkan ayat-ayat Allah dalam Al-Quran.

Kata Hamka: “Dengan demikian, Islamnya diragukan. Bagi umat Islam sendiri, kalau mereka biarkan penghancuran Islam yang diselundupkan di dalam bungkusan “Hak-hak Asasi
Manusia” ini lolos, berhentilah jadi Muslim, dan naikkanlah bendera putih, serahkanlah aqidah dan
keyakinan kepada golongan yang telah disinyalemen oleh ayat 217 Surat Al-Baqarah itu, bahwa mereka akan selalu memerangi kamu, kalau mereka sanggup, selama kamu belum juga murtad dari agama Islam.”

Dalam memandang masalah Ahmadiyah, seyogyanya yang harus diteliti pertama adalah ajaran dan status Ahmadiyah.

Dalam Munasnya ke-7 di Jakarta, MUI kembali menegaskan, bahwa Ahmadiyah adalah ajaran yang sesat dan menyesatkan, dan mendesak pemerintah agar menindak tegas paham tersebut.

Seperti ditegaskan Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, masalah Ahmadiyah akan selesai, jika Ahmadiyah mengakui, bahwa mereka adalah kelompok atau aliran di luar Islam.

Selama mereka mengaku Islam, maka mereka akan terus menjadi masalah dan duri dalam daging umat Islam. Sebab, memang ada prinsip-prinsip aqidah yang berbeda antara Ahmadiyah dengan Islam.

Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI), dalam siaran pers-nya tanggal 27 Juli 2005, menjelaskan tentang perbedaan prinsip antara rukun iman Ahmadiyah dengan Islam. Meskipun mereka mengaku rukun imannya sama dengan rukun iman umat Islam, tetapi ada perbedaan prinsip dalam masalah kenabian dan kitab suci.

Selain beriman terhadap kenabian Muhammad saw, mereka juga mewajibkan manusia beriman kepada kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Yang tidak beriman kepada Ghulam Ahmad dikatakan sebagai sesat.

Untuk meyakinkan dan menakut-nakuti orang yang tidak percaya kepadanya, Ghulam Ahmad mengaku menerima wahyu-wahyu yang mengutuk orang-orang yang mengingkarinya.

Misalnya, pengakuannya, : “Dan dari sejumlah ilham-ilham itu, ada diantaranya yang didalamnya sejumlah ulama yang menentangku dinamakan Yahudi dan Nasrani.” (Mirza Ghulam Ahmad, Hamamat al-Bushra, hal. 19).

Dan katanya, “Maka barangsiapa yang tidak percaya pada wahyu yang diterima Imam yang ijanjikan (Ghulam Ahmad), maka sungguh ia telah sesat, sesesat-sesatnya, dan ia akan mati dalam kematian jahiliyah, dan ia mengutamakan keraguan atas keyakinan.” (Mirza Ghulam Ahmad, Mawahib al-Rahman, hal. 38).

Ghulam Ahmad juga mengaku, “dan termasuk diantara tanda-tanda (kebenaran dakwahku) yang nampak dalam zaman ini ialah matinya orang-orang yang menentangku dan menyakitiku serta memusuhiku habis-habisan.”

Cendekiawan Muslim Pakistan, Dr. Moh. Iqbal pernah ditanya oleh Jawaharlal Nehru mengapa kaum Muslimin bersikap keras untuk memisahkan Ahmadiyah dari Islam?

Iqbal menjawab: “Ahmadiyah berkeinginan untuk membentuk dari umat nabi Arabi (Muhammad saw) satu ummat yang baru bagi nabi Hindi.”

Balitbang Depag RI, tahun 1995 menerbitkan hasil penelitiannya tentang Ahmadiyah, yang antara lain menyimpulkan: “Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah menerima wahyu, dengan dengan wahyu itu dia diangkat sebagai Nabi, rasul, Almasih Mau’ud dan Imam Mahdi.

Ajaran dan faham yang dikembangkan oleh pengikut jemaat Ahmadiyah Indonesia khususnya terdapat penyimpangan dari ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan al-Hadits yang menjadi keyakinan umat Islam umumnya, antara lain tentang kenabian dan kerasulan Mirza Ghulam Ahmad sesudah Rasulullah saw.”

Rasyid Ridha, dalam Tafsir Almanar, Juz II, menyatakan: “Mereka (Ahmadiyah) itu ada dua golongan. Segolongan menyatakan (Mirza Ghulam Ahmad) al-Qadiyani adalah pembaharu dan bukannya nabi. Mereka ini ialah ahli bid’ah.

Segolongan lagi menyatakan bahwa ia adalah seorang (nabi) yang diberi wahyu oleh Allah. Mereka ini adalah orang-orang kafir, murtad.”

Didandingkan dengan Darmogandul, segi perusakan Ahmadiyah terhadap Islam tentulah lebih besar, meskipun bahasa yang digunakan lebih halus.

Karena itu, mestinya para pembela Ahmadiyah mengkaji kembali konsepnya tentang HAM, sebelum melakukan pembelaannya yang membabi buta terhadap semua agama atau aliran
yang merusak agama Islam.

Kaum Muslim juga punya hak untuk melindungi keyakinannya agar tidak dirusak.

Ibarat menanam sebuah pohon, maka sulit diterima akal sehat, jika petani membiarkan saja benalu parasit yang menempel dipohonnya. Wallahu a’lam. (Jakarta, 29 Juli 2005).

Catatan Akhir Pekan (CAP) Adian Husaini bekerjasama dengan Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com

SAYA INI ..... SEDANG FUTUR


Saya ini sedang futur
Terbukti dengan ogah-ogahan datang ke pengajian tiap pekan
Dengan alasan klasik kuliahlah, lelahlah, kerjalah, sibuklah, inilah, itulah

Saya ini sedang futur
Jarang baca buku tentang Islam, lagi demen baca koran
Dulu tilawah tidak pernah ketinggalan, sekarang satu lembar udeh lumayan
Tilawah sudah tidak berkesan, nonton layar emas ketagihan

Saya ini sedang futur
Mulai malas shalat malam, jarang bertafakkur
Ba'da shubuh, kanan kiri salam, lantas kembali mendengkur
Apalagi waktu libur, sampai menjelang dzuhur

Saya ini sedang futur
Lihat perut semakin buncit, karena junkfood dan pangsit
Kalo infaq mulai sedikit dan mulai pelit
Apalagi shaum sunnah, perut rasanya ogah

Saya ini sedang futur
Tak lagi pandai bersyukur
Seneng disanjung dikritik murung

Saya ini sedang futur
Malas ngurusin da'wah, rajin bikin ortu marah
Sedikit sekali muhasabah, sering kali meng-ghibah
Ya.. saya memang sedang futur

Mengapa saya futur...???
Mengapa tidak ada satu ikhwah pun yang menegur dan menghibur?
Kenapa batas-batas mulai mengendur?
Kepura-puraan, basa basi dan kekakuan subur?
Kenapa di antara kita sudah tidak jujur?
Kenapa ukhuwah di antara kita sudah mulai luntur?
Kenapa di antara kita hanya pandai bertutur?
Ya Allah... Berikan hambaMu ini pelipur
Agar saya tidak semakin futur
Apalagi sampai tersungkur...

Ente tau ane lagi futur
Sedikit dzikir, banyakan tidur, belajar ngawur, IP pun hancur
Shahib-shahib kagak ada yang negur

Ente tau ane lagi futur
Hati beku, otak ngelantur mikirin orang se-dulur, diri sendiri kagak pernah ngukur
Ente taulah ane sekarang
Seneng duduk di kursi goyang, perut kenyang hati melayang
Mulut sibuk ngomongin orang, aib sendiri nggak kebayang

Ente tau ane bengal
Bangun malem sering ditinggal
Otak bebal banyak mengkhayal, udeh lupa yang namanya ajal

Ente tau ane begini
Udah sok tau, seneng dipuji ngomong
Sok suci kayak murrabi, kagak ngaca diri sendiri

Ente tau ane gegabah
Petantang-petenteng merasa gagah,
Ngaku-ngaku ikhwah kalo mo muhasabah,
Diri ini nggak beda sama sampah

Ente tau ane sekarang udah kalah di medan perang
Ane pengen pulang kandang,
Ke tempat ane dulu dateng

***

Buat semua saudaraku...

Kunjungilah saudaramu tengoklah dia barang sebentar. Mungkin keimanannya sedang berada diujung tanduk, mungkin keimanannya sedang dipertaruhkan. Raihlah dia, rengkuhlah dia, ajaklah dia bersama melihat terbitnya fajar kebangkitan Islam. Ajaklah dia bersama menuju cintaNYA, menuju surgaNYa, menuju ampunanNYA.

Janganlah sibuk dengan diri sendiri, pedulilah dengan sekelilingmu, pedulilah dengan mereka yang mengharap datangnya secercah cahaya. Jadilah orang yang bermanfaat untuk orang-orang disekitarmu. (Ndhie Saliim)

THX TO ayankq(aniq)