31 May 2006

For those who are in love, please read it carefully.....


  1. Cinta itu seperti kupu-kupu. Tambah dikejar, tambah lari. Tapi kalau dibiarkan terbang, dia akan datang disaat kamu tidak mengharapkannya.Cinta dapat membuatmu bahagia tapi sering juga bikin sedih, tapi cinta baru berharga kalau diberikan kepada seseorang yang menghargainya. Jadi jangan terburu-buru dan pilih yang terbaik.
  2. Cinta bukan bagaimana menjadi pasangan yang sempurna bagi seseorang. Tapi bagaimana menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri.
  3. Jangan pernah bilang "I love you" kalau kamu tidak perduli. Jangan pernah membicarakan perasaan yang tidak pernah ada. Jangan pernah menyentuh hidup seseorang kalau hal itu akan menghancurkan hatinya. Jangan pernah menatap matanya kalau semua yang kamu lakukan hanya berbohong. Hal paling kejam yang seseorang lakukan kepada orang lain adalah membiarkannya jatuh cinta, sementara kamu tidak berniat untuk menangkapnya...
  4. Cinta bukan "Ini salah kamu", tapi "Ma'afkan aku". Bukan "Kamu dimana sih?", tapi "Aku disini". Bukan "Gimana sih kamu?", tapi "Aku ngerti kok". Bukan "Coba kamu gak kayak gini", tapi "Aku cinta kamu apa adanya".
  5. Kompatibilitas yang paling benar bukan diukur berdasarkan berapa lama kalian sudah bersama maupun berapa sering kalian bersama, tapi apakah selama kalian bersama, kalian selalu saling mengisi satu sama lain dan saling membuat hidup yang berkualitas.
  6. Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang kamu inginkan dan menyayat sedalam yang kamu ijinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya.
  7. Caranya jatuh cinta: jatuh tapi jangan terhuyung-huyung, konsisten tapi jangan memaksa, berbagi dan jangan bersikap tidak adil, mengerti dan cobalah untuk tidak banyak menuntut, sedih tapi jangan pernah simpan kesedihan itu.
  8. Memang sakit melihat orang yang kamu cintai sedang berbahagia dengan orang lain tapi lebih sakit lagi kalau orang yang kamu cintai itu tidak berbahagia bersama kamu.
  9. Yang paling menyedihkan dalam hidup adalah menemukan seseorang dan jatuh cinta, hanya untuk menemukan bahwa dia bukan untuk kamu dan kamu sudah menghabiskan banyak waktu untuk orang yang tidak pernah menghargainya. Kalau dia tidak "worth it" sekarang, dia tidak akan pernah "worth it" setahun lagi ataupun 10 tahun lagi. Biarkan dia pergi...
  10. Kadang Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita. Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam. Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan dibaliknya. Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.
  11. Mengapa menunggu? Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa. Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono. Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai, kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu.
  12. Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius. Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, Dan penantian kita tidaklah sia-sia. Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal - iman, keberanian, dan pengharapan – penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan. Pada akhirnya. Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu, karena alasan yang penting.
Manusia hanyalah makhluk yang fana, rapuh, cenderung dan lagi lemah. Janganlah kau tambatkan cinta pada yang serba lemah, karena seteguh tempat bersandar untukmu hanyalah pada tali Allah. Jadi tambatkanlah tali cintamu padaNya, karena Dia lah yang Maha Kuasa atas segala hal, Dia yang menguasai setiap diri makhluknya dan Dialah sang Pemberi Cinta yang tiada duanya yang tetap akan membalas cintamu meski sering kali kau tidak membalas CintaNya. Sungguh sebenarnya kau termasuk golongan orang-orang yang dzalim... dan sungguh manusia berada dalam kerugian kecuali yang amanu dan 'amalushshaalihat serta ber tashaw bilhaq wa shabr.

10 May 2006

Menyuap Malaikat, Membeli Surga

Menyuap Malaikat, Membeli Surga




Ada banyak koruptor yang rajin bersedekah dan menyantuni anak yatim. Ada artis-artis erotis yang membangun masjid dan pesantren. Inilah femonema 'membeli surga'. Membeli surga? Rasanya kok mengada-ada. Tapi fenomena seperti ini banyak kita rasakan dan cukup “ngetrend” di negeri kita. Gelombang “simbolis religius” akhir-akhir ini banyak terjadi, khususnya di kalangan artis, pejabat dan orang-orang superkaya. Surga dan malaikat, seolah-olah bisa disuap dengan uang dan harta kekayaan mereka.

Meski tak banyak, ada saja kalangan pejabat yang nampak alim ketika pulang kampung. Bersedah kemana-mana, membantu masjid dan royal pada anak yatim. Sebaliknya, di luar rumah, dia justru di kenal sebagai pejabat paling korup dan suka memarkup dana APBN/APBD.

Pernah suatu kali, di sebuah surat pembaca konsultasi fikih di majalah Islam, seseorang pembaca bertanya, “Ustad, sebelum ramai-ramai istilah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), saya bergelimang uang haram. Bisakah dosa saja terhapus bila kami sumbangkan pada yayasan Yatim Piatu?’

Ini adalah fenomena nyata di masyarakat. Artis-artis kita, nampak sopan di kala Ramadhan. Seorang penyanyi erotis seperti Inul Dara Tista, bahkan berjanji mengenakan jilbab bila di panggung selama puasa. Artis-artis lain juga beramai-ramai bersedekah. Meski selesai Ramadhan, kegiatannya mengundang syahwat kembali lebih ‘gila’ dari bulan puasa. Uang, seolah bisa “menyuap malaikat Rokib”, malaikan pencacat amal ibadah.Inilah adalah fenomena “pragmatisme ibadah”, yang dilematis bagi Muslimin.

Makelar Surga

Para artis dan para koruptor, yang mulutnya sering meletup-letup memproklamirkan diri katanya “cinta agama”, mayoritas –mestik tidak untuk dimaksud tidak semuanya-- mereka adalah para “makelar surga” paling berpengaruh. Di depan publip, ia mempromosikan, bahwa surga adalah “komoditas” yang bisa diraih dengan bermodal materi.

Kalaulah hal itu dianggap ibadah sampingan, tentu tidak masalah. Ironisnya mengesampingkan esensialitas ibadah kepada Allah SWT. Memang, dalam hati kecilnya, mereka pun mungkin takut atas dosa-dosanya. Namun magnet godaan setan dengan umpan fatamorgana duniawi eksis lebih kuat mengalahkan keimanannya.

Kroposnya akar-akar Islam “di lapangan Ibadah”, baik vertical (kepada Allah) maupun horizontal (sesama ummat beragama), adalah resiko dominan dari “komoditas surga”. Faktor utamanya, mereka, umumnya berpikir pragmatis. Bahwa dalam konteks ibadah cukup mengeluarkan sebagian duitnya saja. Naifnya lagi, sering tanpa memperdulikan uang halal atau haram. Lebih menggelikan, ada yang berceletuk , "Berbuat demikian itu lebih baik, daripada tidak sama sekali ".

Karena itu, para koruptor, yang tak malu mengeruk duit rakyat atau artis, tak terkecuali artis bintang porno, yang mempublikasikan diri melalui berbagai media massa secara gegap gempita menjadi “santri” dan sopan. Bergagah-gagahan berebut membangun masjid-masjid dan menyantuni para yatim piatu dengan mengundang wartawan. Seolah-olah mereka adalah "teladan beribadah” bagi segenap Muslimin. Ia hanya ingin menunjukkan pada public, sesungguhnya, surga masih bisa dibeli. Fenomena tak menarik seperti ini jelas jauh dari autentisitas ibadah secara syar’i.

Hak surga dan neraka adalah perogratif Allah SWT sebagamana surat yang berbunyi, “Dia (Allah) mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu." (QS 5:18).

Tapi merupakan kesalahan fatal, bila ada manusia bermaksud "mengaveling surga", hanya dengan mengandalkan seonggok harta. Apalagi, I’tikad dari ibadahnya itu tetap tidak merubah kebiasaan buruk sehari-hari. Islam adalah agama yang tak bisa dipraktekkan seenaknya. Ada syarat dan rukun dalam ibadah. Dan itu tidaklah berdasarkan karangan akal-akalan.

Dalam perspektif hukum fiqih, empat madzahib fuqoha ahlissunnah waljama'ah (Imam Hambali, Imam Maliki, Imam Hanafi dan Imam Syafi’i) ada kesepakatan, bahwa generalitas dalam beribadah selain ada rukun yang dilaksanakan, juga sebelum memulai ibadah terlebih dulu harus memperhatikan terhadap syarat-syaratnya. Selain ada syarat diwajibankannya (beribadah), utamanya harus memenuhi syarat syah, agar sesuai prosedur (ibadah)nya menjadi syah.

Beragama jelas ada prosedurnya. Bolehkan membangun pesantren dengan uang hasil memamerkan aurat badan di berbagai media massa? Misalnya hasil dari goyang erotis? Jelas tidak. Beribadah jelas ada ketentuannya. Misalnya, Meski sama-sama air, tidak boleh mencuci lantai masjid dengan air kencing. Ini sama halnya menyantuni anak yatim dengan uang hasil korupsi.

Dalam Qawa’id al-Fiqh, dikenal “al-Ashlu baqou ma kana a’la makana” (hukum sesuatu hal, itu sesuai dengan kondisi asalnya). Umpamanya, uang haram dijariahkan ke masjid, maka tetap haramlah hukum menyalurkan duit (haram) itu. Sedekah atau dermawan, memang dianjurkan. Namun dengan harta haram, dalam konteks ibadah, hal itu hanya melaksanakan rukun, sedangkan menafikan syarat (ibadah) tentunya menyebabkan tidak syah.

Sebuah hadis mengatakan, “Dan memang, harta itu, hisabnya (pertanggung jawaban di hadapan Allah) dua hal; dari mana (dengan cara apa) diperoleh, dan untuk apa dipergunakan.” (HR. at-Tirmidzi dari Abu Barzah R.A.).

Karena itu, Nabi pernah menghancurkan masjid dhirar karena karena dianggap dapat memecah belah umat dan menimbulkan keresahan. Jika hanya menggunakan akal, penghancuran itu jelas perbuatan tidak waras. Bukankah masjid adalah rumah Allah tempat orang bersujud? Karenanya, tidaklah tepat, menjadikan hal haram atau subhat itu, sebagai argumentasi "untuk mencari modal" beribadah. Bukankah sangat banyak jalan untuk mencari rezeki sekaligus tanpa mencampakkan konstitusi (syariat) Ilahi?

Bila beribadah orientasinya masuk surga-menjauhi neraka, otomatis signifikan mengikis kualitas orisinilitas ibadah. Perspektif Tauhid adalah termasuk asy-Syirku al-Asghar (bagian dari penyekutuan kepada Allah SWT).

Efek Samping

Kompfleksnya sistem media informasi, berperan aktif menularkan hedonisme. Kenaifan itu pun telah kronis mewabah ke plosok-plosok. Kini di daerah-daerah pun telah "ngetrend" terjangkit virus "Menyuap Malaikat-Membeli Surga". Berujung semakin terpinggirkannya implementasi kualitas ibadah.

Fenomenanya, mereka mau menyumbangkan materi untuk pembangunan masjid, namun berat untuk melangkahkan kaki shalat berjamaah ke masjid. Atau marak pula (orang-orang daerah) gemar menyumbangkan duit untuk acara-acara pengajian/majlis ta’lim, namun enggan mengikuti pengajian di majlis yang didonasinya itu.

Inilah, kaum hedonis (pemuja harta) yang gede rasa (GR) bisa “membeli surga”. Prinsipnya, “Boleh berpuas-puas berbuat dosa dengan kemewahan harta, termasuk cara (haram) memperoleh hartanya. Toh, dengan harta itu, akan mampu ‘menyuap malaikat sekaligus membeli surga!’ .”

Allah berfirman, “Akan datang suatu hari, yaitu pada hari di mana tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu'araa': 88-89)

Melaksanakan perintah Alah dan menjauhi laranganNya sesuai orisinilitas syariat itulah sesungguhnya esensi dari kehidupan manusia dan beribadah. Karenanya, bagi mereka yang merasa bisa "menyuap malaikat dan membeli surga", Anda jangan merasa GR!. Wa Allohu A'lamu bi ash-Showab.


sumber: hidayatullah

05 May 2006

HAWA NAFSU

HAWA NAFSU



Manusia senantiasa bertarung dengan hawa nafsunya, sampai ia mengalahkannya atau hawa nafsu yang mengalahkan dia, atau pertarungan itu akan terus berlangsung sampai maut menjemputnya.

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
"Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kedurhakaan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya." (Asy-Syams: 7-10).

Rasulullah saw mengisyaratkan dalam sabdanya: "Fitnah-fitnah (kemaksiatan) dipampang di hadapan hati satu persatu. Maka hati mana saja yang mencintainya, akan diberi titik hitam padanya. Dan hati mana saja yang mengingkarinya, akan diberi titik putih padanya. Sehingga hati menjadi dua macam, ada yang menjadi putih bagaikan batu karang. Hati yang begini tidak dapat dirusak oleh kemaksiatan. Ada yang menghitam, yang tidak mengenal yang mu'ruf dan tidak me-ngingkari yang mungkar."

Manusia, dalam pertarungannya melawan hawa nafsu, terbagi menjadi tiga golongan:
  1. Golongan yang terkalahkan oleh hawa nafsunya, maka ia condong ke bumi dan cenderung kepada dunia. Mereka itulah orang-orang kafir dan orang-orang yang mengikuti jejak orang-orang yang lupa kepada Allah, maka Allah membuat mereka lupa akan dirinya. Tentang mereka Allah swt menerangkan:

    أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُون
    "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, dan Allah membiarkan dia sesat berdasarkan ilmunya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (Al-Jatsiyah: 23)

  2. Golongan yang berjuang untuk melawan dan bertarung dengan hawa nafsunya. Kadang-kadang mereka menang dan kalah. Kalau mereka melakukan kesalahan, segera mereka bertaubat. Kalau mereka melakukan kemaksiatan kepada Allah, mereka lalu menyesali perbuatannya dan memohon ampunan-Nya.

    وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُون
    "Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan dosa atau mendzalimi diri mereka sendiri, mereka (segera) meng-ingat Allah, lalu mereka memohon ampunan atas segala do-sanya. Dan siapakah lagi yang akan mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak terus menerus melakukan (kemak-siatan itu) sambil mereka mengetahui." (Ali Imran: 135).

    Merekalah orang-orang yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw dengan sabdanya: "Setiap anak Adam, melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat." (Riwayat Ahmad dan At-Tirmidzy).

  3. Golongan orang-orang yang ma'shum (terpelihara dari dosa)
Diriwayatkan dari Wahb bin Munabbih tentang masalah ini, katanya:
"Sesungguhnya iblis telah bertemu dengan Yahya bin Zakariya 'alaihimassalam. Maka berkatalah Yahya bin Zakariya kepada-nya: "Ceritakanlah kepadaku tentang tabiat anak Adam yang kamu ketahui!" Iblis berkata: "Satu golongan di antara mereka seperti engkau, mereka ma'shum (terpelihara dari dosa). Kami tidak mampu menggoda mereka sedikit pun. Golongan kedua: adalah mereka yang di tangan kami bagaikan bola di tangan anak-anak kalian, dan kami merasa cukup dengan mereka. Adapun golongan ketiga, adalah orang-orang yang kami rasakan paling berat. Kami datang kepada salah seorang di antara mereka sampai kami bisa menunaikan kebutuhan kami daripadanya, tapi kemudian dia segera beristigfar sehingga rusaklah apa yang telah kami peroleh daripadanya. Maka kami tidak pernah berputus asa (menggodanya), namun kami pun tidak mencapai apa yang kami inginkan."

Tonggak Kemenangan Dalam Melawan Hawa Nafsu
  1. Hati, selama ia hidup, sadar, bersih, tegar dan bersinar. Ali bin Abi Tholib ra pernah mengatakan: "Sesungguhnya Allah swt memiliki bejana-bejana di bumi-Nya, yaitu hati. Maka hati yang paling Dia cintai adalah hati yang paling lembut, paling bersih dan paling tegar!" Kamudian ia menafsirkan: "Paling tegar dalam Din, paling bersih dalam keyakinan dan paling lembut terhadap saudara-sau-daranya." Dan ia pun mengatakan: "Hati seorang Mu'min berseri-scri, di dalamnya ada pelita yang benderang, sedangkan hati orang kafir hitam pekat." (Riwayat Ahmad dan Al-Thobrony).
    Al-Qur'anul-Karim menggambarkan hati orang-orang Mu'min:
  2. لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ

    "Orang-orang yang apabila disebut (nama) Allah bergetarlah hatinya dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayal-Nya, maka bertambahlah iman mereka."
    (Al-Anfal: 2).
    Sedangkan hati orang-orang kafir digambarkan oleh Al-Qur'an:

    فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

    "Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada."
    (Al-Hajj: 46).
    أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
    "Maka tidaklah mereka mentadabburi Al-Qur'an, ataukah hati mereka terkunci?". (Muhammad: 24).

  3. Akal, selama ia dapat memandang, dapat memahami, dapat mem-bedakan dan dapat menyerap ilmu-ilmu yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah dan dapat mengetahui keagungan serta kekuasaan-Nya. Dan itulah yang dimaksudkan oleh finnan Allah swt:

    إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
    "Hanyalah orang yang akan takut kepada Allah dari para hamba-Nya adalah para 'ulama." (Fathir: 28).

    Rasulullah saw, telah menunjukkan betapa tingginya nilai kenik-matan akal dengan sabdanya: "Tidaklah Allah menciptakan makhluk yang lebih mulia da­ripada akal". (Riwayat At-Tirmidzy)

    Beliau pernah bersabda kepada Ali Bin Abi Thalib Ra: "Jika orang-orang mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam kebaikan, maka dekatkanlah dirimu kepada-Nya dengan akal-mu". Dan Sabdanya: "Tidaklah seseorang memperoleh keutamaan seperti keutamaan akal yang memberi petunjuk kepada pemiliknya dan melarangnya dari perbuatan nista." (Dikeluarkan oleh Al-Mukhbir)

    Oleh karena itu Islam sangat mendorong umatnya untuk mencari ilmu dan ma'rifah serta untuk ber-tafaqquh fiddin (memperdalam Pemahaman tentang Islam), agar akal itu memperoleh bekal untuk dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk dan antara haq dengan bathil. Rasulullah saw bersabda: "Karang siapa yang Allah kehendaki pada dirinya kebaikan, maka Allah akan menjadikan ia faham tentang addin."
    Dalam riwayat lain dikatakan:

    "Keutamaan seorang alim dibandingkan dengan 'abid (orang yang rajin beribadah) bagaikan keutamaanku dibanding dengan orang yang paling rendah diantara sahabatku." (Di­keluarkan oleh At-Tirmidzy)

    Hal itu karena ilmu mempunyai nilai dan dampak yang sangat besar dalam memperkuat iman di dalam jiwa dan dalam memperkenalkan hakikat- hakikat yang ada di alam semesta kepada manusia. Akal seorang Mu'min adalah akal yang sadar, yang dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang halal dengan yang haram dan antara yang ma'ruf dengan yang mungkar, karena ia melihat semua itu dengan bantuan cahaya-Nya.

    Cahaya akal tidak dapat dipadamkan kecuali oleh kemaksiatan-kemaksiatan yang berlarut-larut di dalamnya, melakukannya tanpa tedeng aling-aling dan tidak adanya taubat. Rasulullah saw ber­sabda: "Barang siapa yang melakukan satu dosa, akan ditinggalkan oleh akalnya, dan tidak akan kembali kepadanya selama-lamanya." (Riwayat ini tidak diketahui sumbernya)

    Dan sabdanya pula:
    "Kalau saja bukan karena syetan yang mengitari hati anak cucu Adam, niscaya mereka (anak cucu Adam) dapat melihat kerajaan langit dan bumi." (Diriwayatkan oleh Ahmad).

    Dari Anas Bin Malik -semoga Allah meridhainya- dia berkata: "Ketika aku datang kepada 'Utsman Bin'Affan, dan aku di jalan telah bertemu dengan seorang wanita, lalu aku melirik-nya dan aku perhatikan kecantikannya, dia (Utsman) berkata: "Masuk salah seorang di antara kalian sedang dimatanya ada bekas zina. Tidakkah engkau tahu bahwa zinanya mata adalah pandangan? Hendaknya engkau bertaubat, kalau tidak, akan aku kenakan hukum ta'zir kepadamu!" Maka aku berkata: "Adakah wahyu setelah Rasulullah saw tiada?".' Utsman men-jawab: "Bukan wahyu, melainkan ini adalah pandangan mata hati, bukti dan firasat yang benar."




Life

Alangkah indahnya jika dalam perjalanan hidup menuju sebuah kearifan dan keteguhan hati yang penuh dengan berbagai macam lika liku yang tak menentu dan arah yang tak jelas namun kita mampu mejalaninya dengan serius dan penuh tanggung jawab maka kehadiran kita akan menjadi lebih bermakna di dalamnya. Belajar dari sebuah perkataan yang selalu menitik beratkan pada sebuah makna yang terselubung bahwa Hidup ini adalah untuk belajar bukan Belajar Untuk Hidup, maka dengan sebuah sindiran yang sangat tegas itulah kita harus mempunyai banyak kreativitas dalam menjalani hidup.

Hati digunakan untuk berhati-hati, apalagi dalam dunia yang penuh dengan tantangan dan cobaan yang begitu berat dan beragam, maka kita harus memiliki kehati-hatian untuk melangkah.

Pertanyaan kemudian adalah Bila hati dan otak bekerjasama dengan baik, maka semua jalan yang kita hadapi akan menjadi ringan dan menyenangkan...Bila hati bekerja sendiri tanpa didukung oleh otak, maka hati akan senantiasa berbaik sangka terus, walaupun dihadapannya ada seekor srigala yang kelaparan yang siap menerkam kita, tapi yang namanya hati akan tetap berprasangka baik, dia tenang saja melewati si srigala, hati menyangka si srigala itu sedang menyapanya. Akhir cerita bisa kita terka sihati akan diterkamnya sampai tak tersisa. Namun saat dalam mulut srigalapun si hati akan tetap tersenyum, mungkin srigala sedang mengujinya, itulah si hati jiwanya selalu bersih tanpa sedikitpun berprasangka yang buruk. wajar kalau dia mendapatkan tempat yang sangat terhormat...

Bila otak bekerja sendiri tanpa didukung oleh hati, maka si otak akan terus menerus mencari keuntungan untuk dirinya tanpa peduli sekitarnya, ia akan terus menghajar dan menerkam apa yang dijumpainya. Saat melihat domba ia akan cepat menerkamnya bahkan saat melihat srigala yang berjumlah ribuan. maka si otak melihat ribuan srigala bagaikan melihat butiran intan. Dia langsung mencari cara agar bisa membunuh semua srigala. Di dalam otaknya dia membayangkan punya pakaian, tempat tidur serta semua perhiasan yang ada terbuat dari kulit srigala. Itulah yang terbenam dalam isi si otak...

Namun, bila si otak dan si hati bekerja sama, maka dia akan menjadi sahabat terbaik bagi siapapun yang dijumpainya. Saat melihat srigala yang kelaparan. Si hati dan si otak bekerja sama untuk mencari cara agar si srigala bisa menjadi kenyang kemudian srigala itu dijadikan sebagai penjaga rumah dari para maling sehingga semuanya menjadi aman, terkendali dan saling menguntungkan... Itulah kerjasama yang baik antara si otak dan sihati..


wallahua'lam.