30 June 2006

Risalah Do'a

Pengertian Berdo'a



Pengertian berdo'a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT, tetapi bukan berarti hanya orang yang terkena musibah saja yang layak memanjatkan do'a. Sebagai seorang Muslim kita layak berdo'a walaupun kita dalam keadaan sehat. Do'a merupakan unsur yang paling esensial dalam ibadah. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW "Do'a itu ibadah" (H.R. Abu Daud, Tirmizi, Nasai dan Ibnu Majah). "Tiada sesuatu yang paling mulia dalam pandangan Allah, selain dari berdo'a kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan lapang"(H.R. Al Hakim). Selain itu juga do'a ibarat sebuah senjata bagi kaum muslimin. Kita tentu ingat bagaimana dahulu rasulullah selalu memanjatkan do'a dikala menghadapi musuh-musuh Islam saat dalam berperang.

"Dan Tuhanmu berkata, Berdo'alah kamu kepada-Ku, Pasti akan kuperkenankan permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina-dina" (Q.S. Al Mu'min : 60).

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
(4:110)

Didalam berdo'a juga ada tata cara, waktu dan tempat berdo'a.

Tata Cara Berdo'a
  1. Menghadap Kiblat

    Hal ini berdasarkan sebuah hadis "Rasulullah datang ketempat wuquf di Arafah dan ia menghadap kiblat lalu terus menerus berdo'a sehingga tenggelam matahari"

  2. Membaca Hamdalah atau pujian, Istighfar dan membaca Shalawat

    Salah seorang Sahabat Nabi berkata : "Ketika Nabi Muhammad SAW duduk di mesjid, tiba-tiba datang seorang laki-laki masuk, lalu ia shalat. Setelah selesai ia membaca doa, 'Allahummaghfirlii warhamnii'. Maka waktu itu Rasulullah pun berkata, wahai kawan, engkau terburu-buru. Jika kau shalat, duduklah dahulu kemudian bacalah puji-pujian kepada Allah. Karena dia yang memiliki pujian itu, lalu kau baca shalawat kepadaku kemudian baru berdo'a. Kemudian datang seorang yang lain setelah shalat ia memuji Allah dan membaca shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. dan setelah itu Nabi bersabda, Berdo'alah akan dipenuhi."

  3. Dengan suara lembut dan rasa takut

    Sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi, "Berserulah (Berdo'a) kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah engkau berbuat kerusakan di bumi sesudah (Allah SWT ) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak diterima) dan harap (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al A'raf : 55-56).

  4. Yakin akan dipenuhi
    Di dalam berdoa kita harus yakin dan berprasangka baik kepada Allah, seperti hadits berikut ini : "Sesungguhnya Alla 'Azza wa Jalla berfirman : Aku akan mengikuti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku selalu menyertainya apa bila ia berdoa kepada-Ku".

  5. Khusyuk, ikhlas dan serius
Waktu-waktu yang tepat / mustajab untuk berdoa kepada Allah SWT
- Ketika membaca AlQuran
- Setelah Sholat
- Pada saat tengah malam setelah sholat tahajud
- Saat melaksanakan ibadah haji
- Saat berpuasa wajib dan sunah

22 June 2006

Pohon Apel

Alkisah Sang Pohon Apel



Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang anak-anak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di bawah pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Tahun demi tahun berlalu… anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan waktunya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu. “Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu. “Aku ada suatu keperluan dan aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan.”

Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Tahun pun berlalu… Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.

Pohon apel itu merasa gembira. “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohonapel itu. “Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membangun rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Dapatkah kau menolongku?” Tanya anak itu.

Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kaubuatlah rumah darinya.” Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudian merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa. “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohonapel itu. “Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Dapatkah kau menolongku?” tanyalelaki itu.

“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepadamu. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk membuatnya. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan senangnya dan tidak kembali lagi selepas itu.

Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimakan usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.”

Maafkan aku. Aku tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.

“Aku tidak mau apelmu kerana aku sudah tidak bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu karena aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.

“Jika begitu, istirahatlah di bawahku,” kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di bawah pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.




Sahabat, sebenarnya pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah kedua orang ibu-bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlu bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita dalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi pikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini bersikap terhadap ibu-bapak mereka. Hargailah jasa orang tua kepada kita, setiap hari, setiap saat… jangan sampai kita hanya datang kepada mereka saat kita perlu bantuan mereka. Sudahkah anda berterima kasih kepada mereka hari ini dan berkata, “I Love U Mom/Dad”?

Original posted @ MyQ mirror @ MII-UGM

Tips Memuji

Tips Memuji dan Dipuji dalam Islam



Di antara fenomena umum yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, adalah fenomena pujian. Secara garis besar, pujian bisa diklasifikasikan dalam tiga bentuk: pujian yang diucapkan untuk menjilat, pujian yang sifatnya hanya basa-basi belaka, serta pujian yang diucapkan sebagai ekspresi kekaguman.

Bila disikapi secara sehat dan proporsional, pujian bisa menjadi élan positif yang dapat memotivasi kita agar terus meningkatkan diri. Namun, kenyataannya, pujian justru lebih sering membuat kita lupa daratan, lepas kontrol, dan seterusnya. Semakin sering orang lain memuji kita, maka semakin besar potensi kita untuk terlena, besar kepala, serta hilang kendali diri. Padahal Allah Swt. mengingatkan dalam firmanNya:

"Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang bertakwa.” (Qs. Al-Najm; 32)

Agar dapat menyikapi pujian secara sehat, Nabi Saw. memberikan tiga kiat yang sangat menarik untuk diteladani.

Pertama, selalu mawas diri supaya tidak sampai terbuai oleh pujian yang dikatakan orang. Oleh karena itu, setiap kali ada yang memuji beliau, Nabi Saw. menanggapinya dengan doa yang artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu.” (HR. Al-Bukhari)

Lewat doa ini, Nabi Saw. mengajarkan bahwa pujian adalah perkataan orang lain yang potensial menjerumuskan kita. Ibaratnya, orang lain yang mengupas nangka, tapi kita yang kena getahnya. Orang lain yang melontarkan ucapan, tapi malah kita yang terjerumus menjadi besar kepala dan lepas kontrol.

Kedua, menyadari hakikat pujian sebagai topeng dari sisi gelap kita yang tidak diketahui orang lain. Karena, sebenarnya, setiap manusia pasti memiliki sisi gelap. Dan ketika ada seseorang yang memuji kita, maka itu lebih karena faktor ketidaktahuan dia akan belang serta sisi gelap kita. Oleh sebab itu, kiat Nabi Saw. dalam menanggapi pujian adalah dengan berdoa yang artinya: “Dan ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku)”. (HR. Al-Bukhari)
Dan kiat yang ketiga, kalaupun sisi baik yang dikatakan orang lain tentang kita adalah benar adanya, Nabi Saw. mengajarkan kita agar memohon kepada Allah Swt. untuk dijadikan lebih baik dari apa yang tampak di mata orang lain. Maka kalau mendengar pujian seperti ini, Nabi Saw. kemudian berdoa yang artinya: “Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira”. (HR. Al-Bukhari)

Selain memberikan teladan kiat menyikapi pujian, Nabi Saw. dalam keseharian beliau juga memberikan contoh bagaimana mengemas pujian yang baik. Intinya, jangan sampai pujian yang terkadang secara spontan keluar dari bibir kita, malah menjerumuskan dan merusak kepribadian sahabat yang kita puji. Ada beberapa teladan yang dapat disarikan dari kehidupan Nabi Saw., yaitu di antaranya:

Pertama, Nabi Saw. tidak memuji di hadapan orang yang bersangkutan secara langsung, tapi di depan orang-orang lain dengan tujuan memotivasi mereka. Suatu hari, seorang Badui yang baru masuk Islam bertanya tentang Islam. Nabi menjawab bahwa Islam adalah shalat lima waktu, puasa, dan zakat. Maka Orang Badui itupun berjanji untuk menjalankan ketiganya dengan konsisten, tanpa menambahi atau menguranginya. Setelah Si Badui pergi, Nabi Saw. memujinya di hadapan para Sahabat, “Sungguh beruntung kalau ia benar-benar melakukan janjinya tadi.” Setelah itu beliau menambahi, “Barangsiapa yang ingin melihat penghuni surga, maka lihatlah Orang (Badui) tadi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Thalhah ra.)

Kedua, Nabi Saw. lebih sering melontarkan pujian dalan bentuk doa. Ketika melihat minat dan ketekunan Ibn Abbas ra. dalam mendalami tafsir Al-Qur’an, Nabi Saw. tidak serta merta memujinya. Beliau lebih memilih untuk mendoakan Ibn Abbas ra.: “Ya Allah, jadikanlah dia ahli dalam ilmu agama dan ajarilah dia ilmu tafsir (Al-Qur’an).” (HR. Al-Hakim, dari Sa’id bin Jubair)

Begitu pula, di saat Nabi Saw. melihat ketekunan Abu Hurairah ra. dalam
mengumpulkan hadits dan menghafalnya, beliau lantas berdoa agar Abu Hurairah ra. dikaruniai kemampuan untuk tidak lupa apa yang pernah dihapalnya. Doa inilah yang kemudian dikabulkan oleh Allah Swt. dan menjadikan Abu Hurairah ra. sebagai Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits.

Pujian yang dilontarkan orang lain terhadap diri kita, merupakan salah satu tantangan berat yang dapat merusak kepribadian kita. Pujian dapat membunuh karakter seseorang, tanpa ia sadari. Oleh karena itu, ketika seorang Sahabat memuji Sahabat yang lain secara langsung, Nabi Saw. menegurnya: “Kamu telah memenggal leher temanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Bakar ra.)

Senada dengan hadits tersebut, Ali ra. berkata dalam ungkapan hikmahnya yang sangat populer, “Kalau ada yang memuji kamu di hadapanmu, akan lebih baik bila kamu melumuri mulutnya dengan debu, daripada kamu terbuai oleh pujiannya.”

Namun ketika pujian sudah menjadi fenomena umum ditengah-tengah masyarakat kita, maka yang paling penting adalah bagaimana menyikapi setiap pujian secara sehat agar tidak sampai lupa daratan dan lepas kontrol; mengapresiasi setiap pujian hanya sebagai topeng dari sisi gelap kita yang tidak diketahui orang lain; serta terus berdoa kepada Allah Swt. agar dijadikan lebih baik dari apa yang tampak di mata orang.

Selain itu, yang tidak kalah pentingnya, kalaupun perlu memuji seseorang adalah bagaimana bisa mengemas pujian secara sehat.. Toh memuji tidak mesti dengan kata-kata, tapi akan lebih berarti bila diekspresikan lewat dukungan dan doa. Sehingga dengan demikian, kita tidak sampai menjerumuskan orang yang kita puji.

source: artikel

19 June 2006

Kesatuan Dien

PRINSIP KESATUAN AGAMA

Prinsip kesatuan dalam Islam, ini mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya, serta hubungan manusia dengan sesamanya. Prinsip kesatuan dalam Islam ini meliputi 4 hal :
  1. Ilah
  2. Dien
  3. Uswah
  4. Ummah

1. Ilah
Dengan syahadat, seorang muslim telah memproklamasikan dalam dirinya, bahwa dia telah bebas dari berbagai penghambaan kepada sesuatu. Dia hanya takut, hanya cinta, dan hanya akan mengikuti Allah Rabbil alamin. Dia membebaskan diri dari rasa takut, cinta, dan pengikutan pada sesuatu selain Allah. Hanya Allah saja ilah seorang muslim. Ketika berjual beli dia takut untuk mengurangi takaran, takut karena Allah melarang perbuatan itu dan Allah Maha Melihat perbuatannya. Ketika menghadapi seperangkat alat-alat eksperimen, dia bersemangat, karena menurut akan perintah Allah yang menyuruhnya untuk menafakuri alam. Hatinya telah pekat dengan celupan Allah (sibghah), sehingga seorang muslim yang beriman tunduk-patuh selayaknya seorang hamba, seorang budak, hanya kepada Allah. Hatinya lunak dalam nenerima kebenaran yang datang dari Allah. Ilah-ilah lain yang banyak, entah itu materi, pangkat, syahwat, telah dinihilkan, dan dia menegakkan dalam hatinya hanya satu ilah, satu sesembahan, hanya satu yang mendominasi detak dan arah condong hatinya, yakni Allah, Rabb manusia.

Hanya Allah saja sumber motivasi, tujuan, wa'la, dan kepada siapa penghambaan dia berikan. Dia bersandar dan meminta pertolongan hanya kepada Sang Maha Penolong, dan hanya Allah saja yang diharapkan muslim yang beriman, ridlaNya. Baginya, Allah saja penentu, apa yang harus dia lakukan, apa yang harus dia tinggalkan dan jauhkan. Allah saja pemutus, kepada siapa dia mesti berteman dan berkasih-sayang, serta kepada siapa dia mesti bersikap keras, mengambil jarak, dan memusuhi. Bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah saja dia bersandar dalam bersikap, kepada siapa dia mesti selalu berprasangka baik, dan kepada siapa mesti selalu hati-hati dan selalu curiga. Inilah prinsip kesatuan pertama dan utama, tauhidul aqidah, yang melandasi prinsif-prinsif kesatuan lainnya.

2. Dien
Islam adalah din, agama yang hak. hanya Islam agama yang benar, karenanya bagi seorang muslim diyakini bahwa agama-agama lain pasti tidak benar, pasti salah. Inilah ego yang mesti menancap dalam diri seorang yang beriman. Seorang muslim, mereka yang berserah diri hanya kepada Allah, secara automatis hanya akan mengikuti dinnullah, al-Islam. Dia hanya meyakini kebenaran yang datang dari Allah. Apapun perkataan orang kafir, apapun celaan orang yang suka mencela, apapun sikap permusuhan dari musuh-musuh Allah, seorang muslim yang beriman hanya akan ikut pada agama Allah, hanya akan tunduk pada aturan Allah dan cara hidup yang diberikan Allah.

Islam adalah sebuah jalan dan satu-satunya jalan menuju mardhotillah, maka jalan lain tidak akan pernah sampai dan pasti tidak akan pernah mencapai mardhotillah. Islam adalah jalan lurus, agama sejak Adam, Ibrahim, sampai umat akhir zaman. Dengan demikian dalam dada seorang muslim hanya terpancang satu din, yakni dinnullah, al-Islam. Agama-agama lain telah dia nihilkan. Seorang yang berakal (ulul al'bab) mendengarkan ajaran-ajaran lain namun hanya akan mengikuti ajaran Islam, karena dia fahami hanya ajaran islam saja yang paling benar. Inilah kesatuan din, kesatuan cara mendekati Allah--cara yang diberikan oleh Allah juga.

3. Uswah
Rasulullah Muhammad, bagi seorang muslim, ditempatkan pada posisi yang amat tinggi, diantara manusia-manusia lain, pada kedudukan ke-dua setelah Allah. Dengan syahadat seorang muslim memproklamirkan dalam dirinya, bahwa rasulullah adalah utusan yang "mendekatkan" dirinya dengan Allah, yang menyampaikan berita-berita dari Tuhan manusia. Bagi seorang muslim, rasulullah adalah manusia pilihan dan telah dipersiapkan Allah, manusia sempurna, manusia yang mendapat pendidikan (tarbiyah) langsung dari Allah, manusia yang dalam pengawasan allah, yang manakala khilaf langsung mendapat teguran Allah.

Dengan demikian, tak ada uswah (teladan) yang lebih baik dalam upaya penciptaan hubungan yang baik dengan Allah selain dari rasulNya. Maka bagi seorang muslim yang telah bersyahadat dengan benar hanya akan meniru, meneladani rasulNya. Mereka yang cinta kepada rasulNya dan dahaga akan ridlaNya akan menihilkan tokoh-tokoh lain, menihilkan idola-idola lain sebagai uswah. Dia hanya mengikuti bagaimana prilaku rasulullah tatkala bersikap dengan anak, terhadap istri, terhadap orang tua, maupun kerabat. Dia mencontoh bagaimana nabi bergaul dengan para sahabat baik saat damai maupun ketika perang. Dia meneladani bagaimana rasul bersikap terhadap musuh dan kaum yang kafir, baik terhadap intrik, fitnah, maupun argumentasi mereka.

Rasulullah bagi orang yang beriman adalah wujud hidup al-Qu'ran, karena akhlak rasul adalah al-Qur'an. Karena al-Qur'an adalah perkataan Allah, maka pribadi yang didamba dan dicintai Allah hanyalah muslim dengan sosok rasulullah. Inilah kesatuan uswah, tauhidul uswah.

4. Ummah
Setelah hijrah ke Madinah, membangun masjid dan menghidupkan persaudaraan diantara kaum muslimin, maka rasulullah pun merumuskan piagam Madinah, perjanjian yang mengikat kaum muslimin dan yahudi Madinah. Point pertama yang digariskan rasulullah adalah mengenai konsep ummah, dimana kaum muslimin yang datang dari bani Quraish serta suku-suku lainnya, dan yang telah bersama-sama berjuang dalam rangka memerangi kaum yang kafir dinyatakan merupakan satu ummah. Dengan pengertian ini, maka dalam lingkup kaum muslimin, suku, ras, atau bangsa bukan lagi merupakan hal penting yang bisa membedakan antara seorang muslim yang satu dengan lainnya. Dalam darul Islam, yang ada hanya satu ummah, entah anggotanya datang dari suku Aus atau Khazraj.

Dengan demikian, eksklusivisme, sekterianisme tidaklah mendapat tempat dalam Islam. Kaum muslimin hanya satu, baik di Indonesia maupun Bosnia.

Syafii Maarif ketika menilai nasionalisme sebagai kekuatan yang menghancurkan pilar-pilar rumah-tangga kemanusiaan sebagai satu kesatuan umat mengutip Sejarawan Barat, A.J Toynbee, "Sekarang dalam sebuah dunia di mana jarak telah dimusnahkan oleh kemajuan teknologi Barat, dan dimana cara hidup Barat sedang bertarung dengan cara hidup Rusia untuk (merebut) kesetiaan seluruh umat manusia, tradisi Islam tentang persaudaraan manusia tampaknya merupakan ideal yang lebih baik lagi memenuhi keperluan sosial zaman ketimbang tradisi Barat tentang kemerdekaan yang berdaulat bagi beberapa lusin nasionalitas yang terpisah "

Toynbee, sebagaimana Hans Kohn adalah penulis besar Barat yang menentang ide nasionalisme karena dinilai telah memecah-belah persatuan umat manusia. Dengan kutipan ini, bukan maksud kita untuk mencari dukungan pakar Barat mengenai konsep ummah. Disini hanya ingin ditampilkan, bahwa nasionalisme sebagai ide yang muncul di Barat pun mendapat tantangan dari pemikir Barat itu sendiri. Sementara bagi kita prinsip kesatuan ummah telah jelas merupakan konstitusi yang telah digariskan rasulullah.

Dengan demikian bagi orang yang beriman, keyakinan pada ilah yang tunggal mestilah diikuti dengan pendekatan/pandangan hidup (din) yang tunggal pula, uswah (teladan) yang tunggal, dan kemanusiaan yang tunggal. Keempat prinsif kesatuan ini sangat jelas merupakan ciri agama kita. Clear, sehingga semestinya tidak ada penyimpangan. Hanya ada satu Tuhan, untuk satu makhluk manusia. Hanya ada satu jalan (din) dan hanya ada satu teladan (uswah). Inilah anugrah dari Rabb manusia.

Wallahu'alam bissawab


by: abu zahra --> tarbiyah@isnet.org

Karakteristik Pribadi Mulia

Pribadi Yang "Cantik"


Pribadi mulia antara lain akan berbicara yang baik saja, penuh kejujuran, tidak ada kebohongan, membuat senang pendengarnya, dan tidak menyakiti atau menimbulkan amarah.

Jika seluruh manusia di dunia ini memiliki karakter pribadi mulia, dapat dibayangkan betapa indahnya kehidupan ini: tidak ada konflik, permusuhan, kerusuhan, tindak kriminal, dan sebagainya. Sebaliknya, yang ada adalah semangat kerja sama, saling berkasih-sayang, tolong-menolong, dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan.

Media massa pun akan penuh dengan berita-berita penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa maslahat, pembangunan, pertumbuhan ekonomi. Singkatnya berita-berita yang menyenangkan hati. Koran-koran kuning yang berpaham jurnalisme got, yakni menyebarkan berita kriminalitas dan eksploitasi seks, akan kehilangan sumber berita, juga kehilangan pelanggan, tidak laku, sehingga tutup.

Dapatkah kondisi demikian tercipta? Insya Allah, jika dakwah Islamiyah terus-menerus berlangsung dengan para juru dakwah berjiwa mujaddid (pembaru), muwahid (pemersatu), mujahid (pejuang), muadib (pendidik), dan musadid (pelurus) dengan keimanan dan keikhlasanya. Sasaran utama dakwah adalah perubahan pola pikir dan sikap, sehingga terbentuk manusia-manusia berkepribadian mulia. Itu pula yang menjadi misi Islam sejak kelahirannya, yakni membentuk budi pekerti yang mulia.

Akhlak tempatnya di dalam hati. Ia adalah "sentral komando" perilaku manusia. Akhlak adalah penentu baik-buruk perilaku seseorang. Fondasi akhlak yang membawa kebaikan amal perbuatan adalah dzikrullah, yakni selalu mengingat Allah SWT dalam segala kondisi. Dzikrullah adalah dasar akhlak mulia, bersama sifat pemaaf, suka mengajak kepada kebenaran, berpaling dari orang-orang bodoh, suka berlindung kepada Allah SWT dari godan syetan (QS. 7: 199-201).

Upaya dakwah hendaknya tidak lepas dari upaya pembentukan karakter pribadi mulia dengan fondasi akhlak yang mulia sebagai berikut:

Pertama, berbicara yang baik saja. "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah berbicara yang baik atau (jika tidak demikian) hendaklah diam" (HR. Bukhari dan Muslim). Sebuah pembicaraan dikatakan baik apabila isinya bermanfaat, mengandung kebajikan, membuat senang pendengarnya, atau tidak menyakiti hati orang lain. Pembicaraan yang baik juga bercirikan penggunaan kata-kata yang benar atau sesuai kaidah bahasa yang berlaku (qaulan sadida, QS. 4:9), kata-kata yang tepat sasaran, komunikatif, atau mudah dimengerti (qaulan baligha, QS. 4:63), serta mengunakan kata-kata yang santun, lemah-lembut, atau tidak kasar (qaulan karima, QS. 17:23). Pembicaraan yang baik juga harus penuh kejujuran atau kebenaran (shidqi).

Kedua, malu (haya’). Malu adalah perasaan untuk tidak ingin direndahkan atau dipandang buruk oleh pihak lain. Jadi, malu adalah persoalan harga diri atau gengsi. Malu yang paling utama adalah malu kepada Allah SWT sehingga tidak berbuat sesuatu yang melanggar aturan-Nya. Malu kepada manusia harus dalam konteks malu kepada-Nya. "Sesungguhnya sebagian yang didapatkan manusia dari perkataan nabi-nabi terdahulu ialah ‘Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesukamu!’" (HR Bukhari).

Ketiga, rendah hati (tawadhu’), yaitu perasaan lemah dan kecil di hadapan Allah. Sifat ini akan membuat seseorang tidak berlaku sombong, tidak memandang dirinya mulia apalagi merasa paling benar. Fadhil bin Iyadh mengatakan, tawadhu’ ialah tunduk kepada kebenaran dan mengikutinya, walaupun kebenaran itu datang dari seorang anak kecil.

Keempat, senyum atau bermanis muka. Senyum adalah suatu kebajikan dan sama dengan ibadah sedekah. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya agar murah senyum, atau bermuka manis. Menyenangkan, senyum dapat kita rasakan tatkala melihat keramahan orang lain pada kita. Sebaliknya, sukakah kita melihat orang cemberut dan bermuka masam terhadap kita? Rasulullah bersabda, "Kamu tidak bisa meratai (memberi semua) manusia dengan harta-hartamu, tetapi hendaklah bermanis muka dan perangai yang baik dari kamu meratai mereka" (HR Abu Ya’la).

Kelima, sabar. Bersabar dalam pergaulan adalah sifat mukmin sejati. Dalam bergaul kita menemui banyak orang dengan ragam watak dan perilakunya: ada yang menyenangkan, ada pula yang menyebalkan. Terhadap yang tidak menyenangkan, kita diharuskan bersabar menghadapi sikap mereka. "Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka lebih baik daripada yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka" (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Imam Al-Ghazali mengatakan, "Sabar adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya adalah atas dorongan ajaran agama". Menurut Nabi SAW ada beberapa tingkatan sabar, yaitu (1) sabar dalam menghadapi musibah, (2) sabar dalam mematuhi perintah Allah SWT, dan (3) sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat. Sabar yang pertama merupakan kesabaran terendah, yang kedua merupakan tingkat pertengahan, dan yang ketiga merupakan kesabaran tertinggi (HR Ibnu Abi Ad-Dunia).

Keenam, kuat atau tahan banting. Kuat artinya memiliki ketahanan mental dan fisik yang tinggi. Tidak mudah putus asa, tidak suka mengeluh, dan sehat jasmani-rohani. Kuat juga bisa dimaknai unggul dan berkualitas. Janganlah berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum kafir (QS. 12:87).

Ketujuh, pemaaf, tidak pendendam. Memaafkan kesalahan manusia dan menahan amarah adalah ciri orang bertakwa (QS. 3: 134). "Allah tidak akan menambah seseorang yang suka memberi maaf melainkan dengan kemuliaan" (HR Muslim).

Kedelapan, menahan amarah. Marah dapat membawa malapetaka. Orang sedang marah dikuasai hawa nafsu dan setan. Pikirannya menjadi tidak jernih, tidak bersih. Akalnya menjadi tidak berfungsi normal. "Bukanlah orang yang gagah perkasa namanya ia yang kuat bergulat, tetapi yang disebut gagah perkasa itu ialah orang yang dapat mengendalikan nafsunya (dirinya) ketika sedang marah" (HR Bukhari Muslim).

Kesembilan, zuhud. Ketika seorang sahabat meminta nasihat tentang amal yang disukai Allah dan manusia, Nabi SAW menegaskan: "Berzuhudlah dari dunia, niscaya Allah menyukaimu dan zuhudlah dari apa yang di tangan manusia, niscaya manusia menyukaimu" (HR Ibnu Majah). Zuhud adalah sikap tidak terlalu mencintai dunia, bahkan membencinya dalam batas-batas yang wajar. Menurut Rasulullah SAW, "Zuhud di dunia tidak mengharamkan yang halal dan tidak membuang harta…" (HR Tirmidzi).

Kesepuluh, Qonnaah, yaitu merasa cukup dengan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Sikap demikian membuatnya tenang dan senantiasa mensyukuri pemberian-Nya, sedikit ataupun banyak. "Bukanlah orang kaya itu yang banyak hartanya, melainkan yang kaya jiwanya (hatinya)" (HR Bukhari dan Muslim).

Kesebelas, wara, yakni menjauhi hal syubhat karena takut jatuh kepada keharaman. Syubhat artinya tidak dapat dipastikan halal-haramnya (berada antara halal dan haram). Nabi SAW mengatakan, siapa yang menjauhi syubhat berarti ia membersihkan diri dan agamanya. Siapa yang mendekati syubhat, maka dikhawatirkan termasuk pada hal haram (HR Muttafaq ‘Alaih).

Keduabelas, suka menolong, yaitu membantu orang yang sedang dalam kesulitan, selama berada pada garis kebaikan dan takwa. Termasuk menolong orang lain adalah menutupi aibnya sehingga tidak membuatnya malu. "Siapa yang menutupi aib orang mukmin, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan tetap menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya" (HR Muslim).

Demikianlah karakteristik pribadi mulia yang harus kita tanamkan dalam diri kita dan didakwahkan kepada orang lain. Semoga Allah memberikan bimbingan dan pertolongan kepada kita dan para mujahid dakwah. Wallahu a’lam.

from: pwkrt.org

16 June 2006

Pesan-pesan Al Quran


Pesan-pesan Al Quran Tentang Tujuan Hidup


Bismillahirrahmaanirahiim...

Dengan kerendahan hati mari kita simak pesan-pesan Al-qur'an
tentang tujuan hidup yang sebenarnya

Nasehat ini untuk semuanya ..........
Untuk mereka yang sudah memiliki arah.........
Untuk mereka yang belum memiliki arah.........
dan untuk mereka yang tidak memiliki arah.
nasehat ini untuk semuanya.......
Semua yang menginginkan kebaikan.

Nikah itu ibadah.......
Nikah itu suci........... ingat itu......
Memang nikah itu bisa karena harta, bisa karena
kecantikan, bisa karena keturunan dan bisa karena agama.
Jangan engkau jadikan harta, keturunan maupun kecantikan sebagai alasan.....
karena semua itu akan menyebabkan celaka.
Jadikan agama sebagai alasan..... Engkau akan mendapatkan kebahagiaan.

Tidak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta....
Namun...... jika cinta engkau jadikan sbg landasan,
maka keluargamu akan rapuh, akan mudah hancur.
Jadikanlah " ALLAH " sebagai landasan......
Niscaya engkau akan selamat, Tidak saja dunia, tapi juga akherat.......
Jadikanlah ridho Allah sebagai tujuan......
Niscaya mawaddah, sakinah dan rahmah akan tercapai.

Jangan engkau menginginkan menjadi raja dalam "istanamu".....
disambut istri ketika datang dan dilayani segala kebutuhan.......
Jika ini kau lakukan "istanamu" tidak akan langgeng..

Lihatlah manusia ter-agung Muhammad saw....
tidak marah ketika harus tidur di depan pintu, beralaskan
sorban, karena sang istri tercinta tdk mendengar kedatangannya.

Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan
tersaji dihadapannya ketika lapar........
Menjahit bajunya yang robek........

Jangan engkau menginginkan menjadi ratu dalam "istanamu".....
Disayang, dimanja dan dilayani suami......
Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu....
Jika itu engkau lakukan, "istanamu" akan menjadi neraka bagimu

Jangan engkau terlalu cinta kepada istrimu.........
Jangan engkau terlalu menuruti istrimu......
Jika itu engkau lakukan akan celaka....
Engkau tidak akan dapat melihat yang hitam dan yang putih,
tidak akan dapat melihat yang benar dan yang salah.....
Lihatlah bagaimana Allah menegur " Nabi "-mu
tatakala mengharamkan apa yang Allah halalkan hanya karena
menuruti kemauan sang istri.

Tegaslah terhadap istrimu.....
Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah.......
Jangan biarkan dia dengan kehendaknya......
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth.....
Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka menjadi penentang.....
Istrimu bisa menjadi musuhmu....

Didiklah istrimu...
Jadikanlah dia sebagai Hajar, wanita utama yang loyal terhadap tugas suami, Ibrahim.
Jadikan dia sebagai Maryam, wanita utama yang bisa menjaga kehormatannya......
Jadikan dia sebagaiKhadijah, wanita utama yang bisa mendampingi sang
suami Muhammad saw menerima tugas risalah.....
Istrimu adalah tanggung jawabmu....
Jangan kau larang mereka taat kepada Allah.....
Biarkan mereka menjadi wanita shalilah...
Biarkan mereka menjadi hajar atau Maryam....
Jangan kau belenggu mereka dengan egomu...

Jika engkau menjadi istri...
Jangan engkau paksa suamimu menurutimu...
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Allah......
Siapkan dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia terhadap tugas suami.....
Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam, yang bisa menjaga kehormatannya....
Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah, yang bisa yang bisa mendampingi suami menjalankan misi.

Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu....
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu....
Jika itu kau lakukan..... Kecintaannya terhadapmu akan
memaksanya menjadi pendurhaka...... jangan..........

Jika engkau menjadi Bapak......
Jadilah bapak yang bijak seperti Lukmanul Hakim
Jadilah bapak yang tegas seperti Ibrahim
Jadilah bapak yang kasih seperti Muhammad saw
Ajaklah anak-anakmu mengenal Allah..........
Ajaklah mereka taat kepada Allah.......
Jadikan dia sebagai Yusuf yang berbakti.......
Jadikan dia sebagai Ismail yang taat.......
Jangan engkau jadikan mereka sebagai Kan'an yang durhaka.

Mohonlah kepada Allah..........
Mintalah kepada Allah, agar mereka menjadi anak yang shalih.....
Anak yang bisa membawa kebahagiaan.

Jika engkau menjadi ibu....
Jadilah engaku ibu yang bijak, ibu yang teduh....
Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu....
Jadikanlah mereka mujahid.........
Jadikanlah mereka tentara-tentara Allah.....
Jangan biarkan mereka bermanja-manja.....

Amin....

thx to my brotha @ mail, I beg your permit for this......

14 June 2006

10 Penghapus Dosa

10 Hal Penghapus Dosa


Imam Abu Ja'far Ath-Thahawi berkata dalam kitabnya al-Aqidah ath-Thahawiyah bahwa ada sepuluh hal yang dengannya Allah swt mengampuni dosa-dosa seorang hamba, yaitu:
  1. Taubat kepada Allah swt, dengan sebenar-benarnya.
  2. Beristighfar (mohon ampun) kepada Allah swt.
  3. Amal-amal shalih. Allah swt. berfirman, "Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu akan menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk." (QS. Huud: 114). Di antara amal-amal yang akan menggugurkan dosa-dosa (khususnya dosa-dosa kecil) ialah berwudhu, shalat yang lima waktu, puasa Ramadhan, shalat Jum'at, melangkahkan kaki ke Masjid, memperbanyak sujud (shalat sunnah), qiyamul lail (shalat malam), shalawat kepada Rasulullah swa., haji dan umroh, berjihad di jalan Allah dan Iain-Iain.
  4. Doa dari saudara-saudaranya yang seiman, baik ketika yang dido'akan itu masih hidup ataupun telah meninggal.
  5. Hadiah pahala amal dari orang-orang mukmin. Seorang sahabat berkata kepada Nabi saw, "Sesungguhnya ibuku telah meninggal, saya yakin seandai-nya ia sempat berbicara tentu ia akan bersedekah. Apakah ia akan mem-peroleh pahala jika aku bersedekah atas namanya?" Beliau saw menjawab, "Ya." (HR. Bukhari dan Muslim).
  6. Syafa'at Rasulullah saw di akhirat kelak. Rasulullah saw bersabda, "Setiap Nabi memiliki satu doa yang ia telah berdoa dengan itu lalu dikabulkan oleh Allah. Dan aku menjadikan doaku itu sebagai syafa'at untuk umatku pada hari kiamat kelak. "(HR. Bukhari dan Muslim).
  7. Musibah yang menimpa seorang mukmin di dunia. Rasulullah saw bersabda, "Tiada satu musibah pun yang menimpa seorang muslim seperti keletihan, sakit, sedih, murung ataupun gangguan dan kesulitan yang berat sampai duri yang menusuknya melainkan Allah hapuskan dosanya. "(HR. Bukhari).
  8. Ujian kubur. Setiap manusia akan diuji dalam kuburnya berupa pertanyaan dua orang malaikat serta merasakan himpitan kubur. Dengan izin Allah swt itu semua akan mengurangi dosa-dosa orang mukmin.
  9. Peristiwa-peristiwa dahsyat yang akan dialami di akhirat.
  10. Ampunan dan rahmat dari Dzat Yang Maha Penyayang (Allah aza wajalla).

13 June 2006

When I'm Old

KETIKA AKU SUDAH TUA



Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula. Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku. Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku. Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku. Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap "mengapa" darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku. Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka. Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.


thanx mom....

05 June 2006

Pesan Neraka

Pesankan Saya, Tempat di Neraka!!

Sebuah kisah dimusim panas yang menyengat. Seorang kolumnis majalah Al Manar mengisahkannya...Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan akhlak. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa dijaga. Jilbab bisa sebagai multi fungsi.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, Cairo-Alexandria; di sebuah mikrobus. Ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat. Karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang 'perhatian' kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial. Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan. Bahwa pakaian seperti itu bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya. Disamping pakaian seperti itu juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan.

Tahukah Anda apa respon perempuan muda tersebut? Dengan ketersinggungan yang sangat ia mengekspresikan kemarahannya. Karena merasa privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang.

"Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!!" Sebuah respon yang sangat frontal.

Dan sang bapak pun hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Detik-detik berikutnya suasanapun hening. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpinya. Tak terkecuali perempuan muda itu. Hingga sampailah perjalanan dipenghujung tujuan. Di terminal akhir mikrobus Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun. Tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tertidur. Ia berada didekat pintu keluar.

"Bangunkan saja!" begitu kira-kira permintaan para penumpang.

Tahukah apa yang terjadi. Perempuan muda tersebut benar-benar tak bangun lagi. Ia menemui ajalnya. Dan seisi mikrobus tersebut terus beristighfar, menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk disampingnya.

Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan. Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya....

Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat...

Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk...

Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah...

Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya. Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat denganNYA semakin dekat.

Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar... mumpung kesempatan itu masih ada.

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

“Maka diilhamkan kepada manusia jalan yang buruk (fujur) dan jalan yang baik (taqwa)” (Surah As Syams :8)

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (Al Insaan: 3)

Maka setiap manusia akan diilhamkan jalan baik dan buruk berdasarkan kemahuan dan kehendaknya. Apabila seseorang manusia inginkan jalan kebaikan Allah akan membantu dan meluaskan dadanya untuk Islam. Rasulullah menegaskan bahawa orang yang diinginkan Allah akan kebaikkannya maka akan diberi kefahaman Ilmu agama walau apa latarbelakangnya sekalipun.