18 October 2005

Bekal Menuju Pernikahan
By. Azizah (MyQuran)



Pernikahan adalah fakultas kesabaran dari universitas kehidupan. Jika ingin menjadi orang yang sabar maka masukilah dunia pernikahan.Karena di dalam mengarunginya kita harus menyiapkan segudang persediaan memaafkan dan meminta maaf.

Jika kita menempatkan pernikahan sebagai tempat berdampingnya ikhwan dan akhwat dalam mahligai perkawinan, sebenarnya sekaligus tempat berdampingnya mereka dalam tugas dakwah sebagai partner. Dalam makna lain, berdampingnya mereka dalam tugas - tugas kemasyarakatan, karena hal ini adalah bagian yang tak terpisahkan.

Menikah adalah satu noktah dari perjalanan yang panjang. Dengan menikah akan membuat kita tetap berada pada rel perjuangan dan berusaha meningkatkan kualitas juga kuantitas perjuangan itu sendiri.
Jika seorang akhwat sudah memasuki dunia ini maka waktunya bukan lagi mutlak milik dirinya sendiri. Dia sudah berubah status menjadi istri bagi suaminya, ibu bagi anak-anaknya dan sekaligus da'iyah bagi lingkungannya.

Disinilah dibutuhkan satu kejelian dalam menentukan seorang pendamping hidup yang benar - benar pilihan. Pendamping hidup yang ideal bagi kita bukan berarti dia harus unggul atau menonjol. Tetapi pasangan yang tepat, yaitu yang sesuai dengan bingkai dan kepribadian kita. Sebab telah terbukti bahwa, tidak semua orang cerdas membutuhkan orang cerdas lainnya. Tidak semua pria yang gagah memerlukan wanita cantik sebagai pendampingnya. Kita ambil saja contoh Rasulullah SAW, diantara istri - istri beliau yang paling menonjol kecerdasannya hanyalah 'Aisyah, sedangkan yang lainnya begitu bersahaja. Amirrul Mukminin Umar bin Khattab pun demikian, di dalam pemerintahan beliau lebih terkenal dengan sikapnya yang keras dan tegas. Tapi di dalam rumah beliau seperti anak kecil yang manja terhadap istri - istrinya.

Di sini bukan berarti kita tidak boleh memiliki beberapa patokan kriteria dalam memilih seorang calon suami. Akan tetapi setidaknya kita jangan sampai membuat satu patokan yang bisa membuat para ikhwan itu sendiri berpikir seribu kali untuk berta'aruf dengan kita apalagi punya hasrat untuk membina rumah tangga. Satu ketakutan terkadang muncul dalam diri ikhwan yang sebenarnya sudah "siap" untuk menikah secara fisik dan materi, tapi secara mental sebenarnya mereka masih "jauh".

Apa gunanya kriteria kita yang terkadang dengan "susah payah" mereka wujudkan kalau para ikhwan itu niatnya hanya untuk mendapatkan kita saja. Alih - alih dapat suami hafidz tapi dia menghafal Qur'an hanya sebagai pemenuhan atas syarat yang kita ajukan saja.Disini yang perlu diluruskan adalah niatan dan tujuan mulia kita yang memutuskan untuk menikah yang benar - benar hanya karena Allah SWT.

Penyamaan dan penyatuan visi, misi dan konsep tentang pembentukan suatu keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah adalah satu hal yang sangat penting sekali sebelum kita mengambil satu keputusan akhir dengan siapa dan orang seperti apa kita akan menikah. Kesatuan fikrah dan prinsip adalah hal yang sangat mendasar dan urgent sekali demi tetap eksisnya satu ikatan rumah tangga. Karena pernikahan bukan hanya merupakan satu ikatan fisik tapi juga merupakan satu ikatan batin antara dua jiwa yang berbeda, maka dalam prosesnyapun diperlukan satu persiapan dan cara yang benar - benar matang dan sesuai dengan syariat Islam tentunya.

Menikah bukan hanya bertemunya seorang laki - laki dan perempuan saja tapi juga merupakan tempat bertemunya satu partner dakwah baru yang akan lebih menyempurnakan usaha perjuangan dakwah yang selama ini hanya mereka lakukan secara individu. Dan dengan pernikahan ini diharapkan akan lahirnya satu ikatan perjuangan dakwah yang lebih kokoh dan kuat. Disini akan timbul satu kerjasama dan satu kewajiban yang tak dapat terelakkan lagi antara keduanya dalam rangka ber-amar ma'ruf dan nahyi munkar. Intinya jangan sampai karena kita telah menikah justru ghirah juang dakwah kita surut bahkan hilang sama sekali.Saling mengingatkan antara keduanya saat lalai, membangkitkan ghirah saat yang satu sedang lemah. Menjadi sandaran dan tempat berlindung serta tempat mendapatkan kenyamanan hidup dari derasnya dan beratnya medan juang dakwah dalam kehidupan.

Menikah juga merupakan satu media tarbiyah diri yang terus akan berlangsung seumur hidup. Dari mulai pengenalan pribadi sampai pada penyesuaian diri agar ikatan perkawinan tetap terjaga ditengah derasnya gelombang kehidupan.Karena puncak masalah dalam pernikahan bukanlah dengan siapa kita akan menikah tetapi bagaimana kita bisa tetap survive didalam perkawinan tersebut, siapapun pasangan kita kelak.

Perbedaan kultur dan latar belakang budaya tak jarang dapat menjadi kerikil tajam dalam mengarunginya.Disinilah diperlukan satu tarbiyah ruhiyah yang dilakukan secara rutin dan kontinyu agar jiwa dan ruhiah kita terus mendapat transfer positif saat menghadapi pelik persoalan rumah tangga. Tarbiyah dzatiah ini akan menjadikan jiwa kita terbina, sehingga kita akan terbiasa menghadapi masalah yang timbul sesulit apapun.Satu pribadi yang telah tertarbiyah dengan baik akan menjadi sosok pribadi yang tangguh dan tegar dalam kehidupan.Dia akan dapat memahami satu pokok masalah sebagai satu ujian kehidupan dan sebagai ukuran tingkatan sejauh mana dirinya mampu mengaplikasikan ilmu yang selama ini ia dapatkan dalam setiap kajian tarbiyah Murabbi.

Pernikahan bukanlah puncak dari satu tujuan kehidupan . Justru pernikahan adalah satu titik awal perjalanan panjang yang didalamnya terdapat begitu banyak ujian dan rintangan. Untuk menjalaninya diperlukan satu kesiapan jiwa yang benar - benar telah terlatih dan terbina untuk bisa selamat sampai tujuan akhir yaitu mencapai keridho'an Nya.

Maka dari itu, menyegerakan untuk menikah bukan berarti tergesa - gesa dalam mengambil keputusan. Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewati dengan pilihan yang salah.Ketepatan pemilihan pasangan, kesiapan jiwa dan raga serta penguasaan ilmu tentangnya haruslah kita pahami dengan sungguh - sungguh. Karena suatu perkawinan adalah satu ikatan yang suci dan mulia yang tidak hanya menyangkut kehidupan kita di dunia saja tapi juga menentukan kehidupan kita di akherat. Karena pasangan kita yang baik dan sholeh di dunia, insyaAllah akan tetap menjadi pasangan kita kelak di syurga. AMIII….N

SEMOGA BISA MEMBANTU AKHI WA UKHTI YANG SEDANG MENGHADAPI SAAT - SAAT TA'ARUF PERTAMA MAUPUN YANG BARU BERFIKIR MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK MENIKAH, YAKINLAH BAHWA ALLAH TELAH MENETAPKAN YANG TERBAIK BUAT HAMBANYA YANG TERBAIK PULA.


الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeqi yang mulia (surga). (QS. 24:26)

... هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ...

...mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah pakaian bagi mereka... (QS. 2:187)

No comments: