04 January 2005

Tolong muliakan aku dengan maafmu

(Sumber : http://www.masjidits.com/detail2.php?IDNews=1910)

Ini sebuah kisah anonymous tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang ditampar merasa sakit hati, tapi tanpa berkata, dia menulis di atas pasir: HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, kemudian mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan teluka hatinya mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya hilang, dia menulis di sebuah batu: HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, ”Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menuliskannya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?” Temannya sambil tersenyum berkata,”ketika seorang menyakiti hatimu, kita harus menulisnya di pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu namun bila suatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu, agar tidak bisa hilang tertiup angin.”

Cerita di atas bagaimanapun tentu saja lebih mudah dibaca dibanding diterapkan. Begitu mudahnya kita memutuskan sebuah pertemanan ’hanya’ karena sakit hati atas sebuah perkataan ataupun perbuatan yang menurut kita keterlaluan hingga menyakiti hati kita. Sebuah sakit hati lebih perkasa untuk merusak dibanding begitu banyak kebaikan untuk menjaga.. Mungkin hal itu memang bagian buruk dari sifat kita.

Karena itu, seseorang pernah memberitahu saya apa yang harus saya lakukan ketika saya sakit hati. Beliau mengatakan ketika sakit hati yang penting adalah melihat apakah memang orang yang menyakiti hati kita itu tidak tersakiti oleh kita terlebih dahulu. Bukankah sudah merupakan kewajaran sifat orang untuk membalas dendam? Maka sungguh sangat bisa jadi kita telah melukai hatinya terlebih dahulu dan dia menginginkan sakit yang sama seperti yang dia rasakan.

Bisa juga sakit hati karena kesalahan kita sendiri yang salah menafsirkan perkataan atau perbuatan teman kita. Bisa jadi kita tersinggung oleh perkataan sahabat kita yang dimaksudkannya sebagai gurauan.

Namun demikian saudaraku, untuk memaafkan kesalahan-kesalahan saudaranya yang lain, ini sungguh sangat berat. Karena itu ’serahkan’ rasa sakit itu pada Allah SWT –yang begitu jelas dan pasti mengetahui bagaimana sakit hati kita- dengan membaca do’a ”Ya Allah, balaslah kebaikan siapapun yang telah diberikannya kepada kami dengan balasan lebih jauh dari yang mereka bayangkan. Ya Allah, ampuni kesalahan-kesalahan saudara kami yang pernah menyakiti kami.”

Bahkan Rasulullah pernah berkata, ”Tiga hal diantara akhlak ahli surga adalah memaafkan orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu, dan berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu”.

Karena itu saudaraku, mungkin aku pernah menyakiti hatimu dan kau tidak membalas, dan mungkin juga kau menyakiti hatiku karena aku pernah menyakitimu. Namun dengan ijin-Nya aku berusaha memafkanmu. Tapi yang aku takutkan kalian tidak mau memafkan.

Sungguh saudaraku, dosa-dosaku pada Rabb-ku telah menghimpit kedua sisi tulang rusukku hingga menyesakkan dada. Saudaraku, Jika kalian tidak sanggup mendoakanku agar aku ’ada’ di hadapan-Nya, maka ikhlaskan segala kesalahan-kesalahanku. Tolong jangan kau tambahkan kehinaan pada diriku dengan mengadukan pada Allah SWT bahwa aku telah menyakiti hatimu. Tolong, sekali pun jangan…. Tolong maafkan.

No comments: