22 July 2006

At Tawwazun Fiddunya wal Akhirah

Al-quran turun ketika sebagian manusia meragukan keberadaan akhirat. Persepsi orang yang saat itu menganggap kehidupan dunia adalah terminal final karena mereka tidak memikirkan kehidupan setelah mati. Mereka tidak "sadar" akan hal itu. Tidak heran bila mereka berfoya-foya setiap hari. Mereka mencari uang, tapi tidak bertahan lama. Mereka habiskan uang itu untuk melampiaskan hawa nafsunya.

Persepsi ini ternyata masih menjangkiti sebagian orang pada saat ini. Yang berbeda adalah persepsi itu didasari oleh kenyataan --setidaknya begitu kata mereka-- bahwa keberadaan akhirat tidak bisa dibuktikan. Tentu tidak semua orang berpendapat seperti itu, termasuk kita.

Melalui Alquran, Allah SWT meluruskan persepsi ini. Di dalamnya kita bisa dapati penekanan khusus terhadap keimanan terhadap akhirat, disertai dengan penjelasan yang rinci tentang hakikat kehidupan dunia dan akhirat; serta petunjuk bagaimana menyikapi keduanya. Secara bahasa dunia berarti "dekat". Sebab dunia itu lebih dekat dibanding akhirat. Dunia pun berarti "lebih rendah". Maksudnya dibandingkan akhirat yang kekal, dunia lebih rendah nilainya. Dalam surat Muhammad: 36, Allah swt berfirman: "Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu." Dalam ayat lain allah swt juga berfirman bahwa: "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al hadid:20)

Short post here
Extended post here

Jelaslah bahwa kehidupan dunia itu bagaikan sebuah permainan. Allah SWT menggambarkan dunia dalam tiga gambaran.

Pertama
, al-la'ib wal lahwu (senda gurau dan permainan). "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui" (Al Ankabut: 64). Dalam ayat lainnya allah swt berfirman, "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?(Al An'am:32)

Mengapa disebut demikian? ya... karena kenikmatan duniawi tidaklah kekal dan tidak dapat memberikan kemanfaatan yang berkesinambungan. Nikmat itu akan berhenti manakala usianya telah habis. Misal, nikmatnya minum adalah ketika merasa dahaga, namun saat rasa dahaga itu terpuaskan maka nikmatnya juga akan ikut hilang. Sungguh sangat singkat.

Kedua, Allah swt menggambarkan dunia adalah sebagai az-zinah (perhiasan). Apa-apa yang ada di dunia ini hakikatnya hanyalah hiasan saja, sementara. Mengapa? Karena setiap hal yang ada di dunia ini bagaikan sebuah perhiasan yang tidak bernilai, sebab yang menentukan perhiasan itu bernilai atau tidak, berguna atau tidak adalah si pemakai atau orang yang tahu. Contoh, sebuah permata akan bernilai manakala ia berada di tangan seorang ahli permata yang mampu menggosoknya menjadi batu mulia. Firman Allah,"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.(Al Kahfi: 7)

Ketiga, dunia itu adalah hal yang penuh tipudaya (ghurur). Ya...karena kehidupan dunia itu banyak menjadikan manusia condong kepadanya, mereka terlena dalam ketertipuan. Mereka tertipu sebagaimana anggapan di awal, mereka mengira bahwa kehidupan dunia itu akan selamanya dan mereka tidak menyadari akan adanya kehidupan setelah kehidupan dunia. Hal ini sebagaimana firman Allah swt, "Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.(Al Hadiid: 20)

Kita tentu meyakini bahwa kehidupan akhirat adalah terminal terakhir sebagai kampung final yang akan kita tinggali dan tempati. Akhiratlah yang terakhir. Lalu bagiamanakah kita mentikapi orang-orang yang lalai dan tertipu dalam "permainan" ini? Allah 'azza wajalla berfirman dalam kitab suci-Nya,"Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia." Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?" Katakanlah: "Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya"(Al An'am: 91)

Ya...allah menyuruh kita untuk tetap menyampaikan kebenaran kepada mereka ini, namun jika mereka tetap bebal dalam kesesatannya maka tinggalkanlah. Gugur sudah tugas kita untuk mengajak mereka kembali dalam pangkuan Quran jika mereka tetap membelot. Bahkan allah swt pun melupakan mereka ini, seperti dalam firmanNya,"(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami."(Al A'raf:51)

Sementara allah menggambarkan kehidupan akhirat dalam empat hal. Pertama, al-hayawan (kehidupan yang sebenarnya). Difirmankan,"Dan tiadalah kehidupan ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan (al-hayawan) kalau mereka mengetahui.

Maksud al hayawan dalam ayat tersebut adalah kehidupan yang sempurna di mana mengharuskan fisik para penghuninya kuat-kuat, dan kekuatan mereka mencapai puncaknya. Karena jasad dan kekuatan tersebut diciptakan untuk bisa tetap hidup. Segala sarana kesempurnaan dan kenikmatan hidup juga harus tersedia di dalamnya. Sarana tersebut termasuk semua hal yang menyenangkan hati dan mengenakkan badan, makanan, minuman, pasangan-pasangan dan kenikmatan lain yang tidak pernah terlihat mata, tidak terdengar telinga, serta tidak pernah terlintas dalam hati seorang hamba. Demikian komentar Abdurrahman As Sa'di.

Arti akhirat yang kedua, darul qarar (tempat yang kekal). Berbeda dengan dunia, akhirat itu kekal. Allah SWT berfirman dalam QS Al Mukmin: 39, "Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.

Ketiga, darul jaza (tempat pembalasan). Akhirat adalah masa perhitungan dan pembalasan. Semua yang dilakukan manusia akan dibalas di akhirat. "Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya (Mu'min: 17)

Keempat, akhirat itu lebih baik. Dalam berbagai ayat, seringkali Allah menyandingkan dunia dengan akhirat, kemudian dikomentari yang terbaik dari keduanya. Seperti yang tercantum dalam QS An Nahl [16] ayat 30, "Dan sesungguhnya akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

Dari sini tampak jelas bahwa akhiratlah kehidupan sebenarnya. Dunia akan hancur, sedangkan akhirat tidak akan pernah hancur. Karena alasan itu Allah SWT mendorong kita untuk menjadikan akhirat sebagai tujuan utama.

Namun dunia tidak boleh kita tinggalkan. Sebab sekarang kita hidup di dalamnya. Sangat rugi bila kita menyia-nyiakannya. Allah SWT tidak menghendaki kita memisahkan dunia dan akhirat. Tidak ada sekularitas (pemisahan).

Kita harus memanfaatkan keduanya, "Carilah akhirat olehmu dalam apa yang telah Allah berikan kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan jangan engkau lupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi.(Qashash: 77) Dalam ayat lainnya,"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung."(Al Jumu'ah: 10)

Kita pun menjadikan perhiasan-perhiasan dunia sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.(Al Maidah: 35)

Wallaahu a'lam.

No comments: