Fenomena menarik yang terjadi dewasa ini dan hampir melanda umat manusia adalah kerasnya persaingan antar individu untuk bertahan hidup. Dalam upaya seseorang untuk bertahan hidup, tak jarang konflik yang berkepanjangan mucul seiring dengan lewatnya waktu.
Seorang sibuk memikirkan masa depannya, masa depan anak-anaknya, kehidupannya untuk hari esok, penyakitnya yang tak kunjung sembuh, vonis dokter bahwa tensinya tinggi hangga ia dinyatakan mengidap penyakit darah tinggi, takut tak mampu menyelesaikan studinya, dan lain-lain sehingga ia terfokus hanya memikirkan masalahnya tersebut. Akibatnya, ia terbawa arus pikirannya yang tanpa ia sadari menjadikan konflik pada dirinya.
Kejadian ini terus berlangsung sepanjang hidupnya dan puncaknya ia tak mampu lagi mengendalikan pikirannya. Jadilah ia seseorang penderita suatu penyakit yang dalam bahasa kedokteran disebut psikosomatik atau depressi terselubung. Apa itu psikosomatik? Psikosomatik berkaitan dengan jiwa dan raga atau berhubungan dengan gangguan emosi atau mental pada diri manusia dimana ia tak mampu mengendalikan pikirannya yang ia rasakan dan dampaknya menurunnya daya tahan tubuh orang tersebut.
Ketidakmampuan seseorang dalam memikirkan sesuatu yang menjadi beban seseorang dalam kehidupannya merupakan pemicu utama timbulnya penyakit ini. Rasa cemas yang berkepanjangan dan berlebihan, takut terhadap sesuatu, apakah itu benda atau orang. Takut berjumpa orang, apalagi berbica dengan orang-orang tersebut.
Tak mampu berfikir secar optimal. Merasa tak berdaya dalam memecahkan sesuatu problema yang melilit fikirannya. Takut datang ke rumah orang yang ditimpa musibah atau meninggal dunia. Takut mendengar sirene ambulan, dan banyak lagi kecemasan-kecemasan atau ketakutan-ketakutan yang tak beralasan, yang muaranya sebenarnya adalah perasaan takut atau cemas akan kematian dirinya. Dengan kata lain, orang awam tidak melihat secara fisik bahwa si penderita mengalami gangguan kejiwaan sebab orang awam tersebut tak merasakan penderitaan orang yang terserang penyakit psikosomatik itu.
Seorang sibuk memikirkan masa depannya, masa depan anak-anaknya, kehidupannya untuk hari esok, penyakitnya yang tak kunjung sembuh, vonis dokter bahwa tensinya tinggi hangga ia dinyatakan mengidap penyakit darah tinggi, takut tak mampu menyelesaikan studinya, dan lain-lain sehingga ia terfokus hanya memikirkan masalahnya tersebut. Akibatnya, ia terbawa arus pikirannya yang tanpa ia sadari menjadikan konflik pada dirinya.
Kejadian ini terus berlangsung sepanjang hidupnya dan puncaknya ia tak mampu lagi mengendalikan pikirannya. Jadilah ia seseorang penderita suatu penyakit yang dalam bahasa kedokteran disebut psikosomatik atau depressi terselubung. Apa itu psikosomatik? Psikosomatik berkaitan dengan jiwa dan raga atau berhubungan dengan gangguan emosi atau mental pada diri manusia dimana ia tak mampu mengendalikan pikirannya yang ia rasakan dan dampaknya menurunnya daya tahan tubuh orang tersebut.
Ketidakmampuan seseorang dalam memikirkan sesuatu yang menjadi beban seseorang dalam kehidupannya merupakan pemicu utama timbulnya penyakit ini. Rasa cemas yang berkepanjangan dan berlebihan, takut terhadap sesuatu, apakah itu benda atau orang. Takut berjumpa orang, apalagi berbica dengan orang-orang tersebut.
Tak mampu berfikir secar optimal. Merasa tak berdaya dalam memecahkan sesuatu problema yang melilit fikirannya. Takut datang ke rumah orang yang ditimpa musibah atau meninggal dunia. Takut mendengar sirene ambulan, dan banyak lagi kecemasan-kecemasan atau ketakutan-ketakutan yang tak beralasan, yang muaranya sebenarnya adalah perasaan takut atau cemas akan kematian dirinya. Dengan kata lain, orang awam tidak melihat secara fisik bahwa si penderita mengalami gangguan kejiwaan sebab orang awam tersebut tak merasakan penderitaan orang yang terserang penyakit psikosomatik itu.
Short post here
Extended post here
Padahal, si penderita sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi penyakitnya tersebut. Opini orang awam ini kelihatannya memang benar karena ayat-ayat tentang perasaan takut dan kecemasan terhadap dalam Al-Qur'an. Selain itu, orang awam belum pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi penderita psikosomatik. Demikianlah, fenomena yang tampak jika seseorang menderita psikosomatik.
Selain itu, fisik juga ikut terpengaruh akibat penyakit ini. Pada penderita psikosomatik, peningkatan kadar asam di lambung merupakan salah satu efek dari penyakit ini. Si penderita akan merasakan seolah-olah lambungnya sakit. Namun, yang sebenarnya adalah adanya peningkatan asam lambung disebabkan oleh faktor pikiran yang tak mampu dikendalikannya.
Penderita psikosomatik akan merasa rak punya tenaga, dadanya berdebar-debar kencang tanpa sebab, susah tidur, bernafas pendek sepertinya hanya sebatas leher dan tak sampai ke paru-paru, otot-otot terasa tegang seolah-olah ia menderita penyakit darah tinggi padahal ia tak menderita penyakit tersebut. Ia tak mampu berjalan jalan jauh sebab ia akan merasa cepat letih, dan juga ia merasa gamang untuk berjalan apalagi pergi ketempat-tempat ramai, seperti ke plaza-plaza atau ke pasar.
Ini terjadi karena si penderita psikosomatik sering membayangkan apa yang bakal terjadi jika ia pergi ke suatu tempat dan kemudian ia meninggal di sana. Hal semacam ini terus dalam pikirannya kecemasan merupakan penyakit batin, dan menyebabkan perasaan tegang. Tak jarang orang yang mengidap penyakit ini berusaha untuk bunuh diri. Perasaan ingin bunuh diri ini disebabkan penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Jika kondisi ini terjadi kemana ia harus mengadu?
Pendekatan Psikologi Qur'ani
Untuk langkah pertama adalah kita mengadu kepada Allah SWT dan kemudian kita pergi konsultasi pada dokter psikosomatik. Dalam Al-Qur'an, Allah telah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 155-57 "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raa'ji'unn. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Ayat di atas jelas menggambarkan kepada kita bahwa Allah SWT memberitahu bahwa Allah SWT menguji hamba-Nya. Ujian itu berupa kesenangan, kesusahan, sehat, sakit, kaya dan miskin, supaya diketahui dan terbukti siapakah yang tetap ber-Tuhan kepada Allah SWT dalam segala keadaanya, siapa pejuang dan sabar, dan siapa yang lancung, maka siapa yang sabar diberi pahala dan siapa yang patah dan syirik disiksa.
Dengan demikian manusia harus berjuang, karena hidup adalah pergulatan antara kebenaran dan kebatilan, pertarungan antara kebaikan dan keburukan. Selanjutnya, Rasullullah shallalla-hu'alaihi wasallam bersabda, "Alangkah menakjubkan perkara orang mukmin! Semua urusan kebaikan baginya. Jika ketika dikaruniai kesenangan dia bersyukur, maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Jika ketika dikaruniai kesenangan dia bersabar, maka hal itu merupakan kebaikan baginya." (HR. Muslim).
Demikian juga termuat dalam surat Al Baqarah ayat 216, Allah SWT berfirman, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Selain dari ayat-ayat di atas, masih terdapat sekitar 134 ayat dalam berbagai kasus yang memaparkan tentang rasa takut, dan sebanyak 48 ayat dengan lafal gelisah. Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa pendekatan psikologi qur'ani merupakan solusi yang tepat untuk keluar dari cengkraman rasa cemas dan rasa takut yang tak beralasan, di samping tentunya berusaha berkonsultasi dengan ahli psikosomatik.
Dokter umum atau dokter spesialis (bukan psikosomatik) biasanya menanganinnya tanpa mau merujuk penanganannya pada dokter spesialis yang menangani psikosomatik. Bisa ditebak apa yang terjadi. Pasien psikomatik biasanya akan berpindah dari satu dokter ke dokter lainnya. Akhirnya, sebagai manusia beragama sudah selayaknya kita mendalami isi kandungan Al-Qur'an karena peristiwa-peristiwa yang terjadi di jagat raya ini telah dengan jelas diuraikan dalam Al-Qur'an. Kita jangan cepat-cepat mengatakan bahwa si penderita sakit "dibuat" oleh para pendengki.
Sebab ketidaktahuan kita akan suatu penyakit dewasa ini sering diasumsikan pada orang yang dengki telah berbuat zalim kepada kita, padahal penyakit yang kita derita adalah disebabakan tekanan kehidupan kita yang mampu kita pecahkan secara sistemaitis. Hanya kepada Allah SWT kita mengadu dan menyerahkan masalah kita. Kita harus banyak bersabar dan terus mendekatkan diri kepada Allah SWT, pencipta alam semesta. Hanya Allah SWT satu-satunya yang mampu menolong semua masalah dan penderitaan kita. Jadi, sudah sepantasnyalah kita mengadukan problem kehidupan kita hanya kepada Allah SWT.***
sumber: waspada
Padahal, si penderita sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi penyakitnya tersebut. Opini orang awam ini kelihatannya memang benar karena ayat-ayat tentang perasaan takut dan kecemasan terhadap dalam Al-Qur'an. Selain itu, orang awam belum pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi penderita psikosomatik. Demikianlah, fenomena yang tampak jika seseorang menderita psikosomatik.
Selain itu, fisik juga ikut terpengaruh akibat penyakit ini. Pada penderita psikosomatik, peningkatan kadar asam di lambung merupakan salah satu efek dari penyakit ini. Si penderita akan merasakan seolah-olah lambungnya sakit. Namun, yang sebenarnya adalah adanya peningkatan asam lambung disebabkan oleh faktor pikiran yang tak mampu dikendalikannya.
Penderita psikosomatik akan merasa rak punya tenaga, dadanya berdebar-debar kencang tanpa sebab, susah tidur, bernafas pendek sepertinya hanya sebatas leher dan tak sampai ke paru-paru, otot-otot terasa tegang seolah-olah ia menderita penyakit darah tinggi padahal ia tak menderita penyakit tersebut. Ia tak mampu berjalan jalan jauh sebab ia akan merasa cepat letih, dan juga ia merasa gamang untuk berjalan apalagi pergi ketempat-tempat ramai, seperti ke plaza-plaza atau ke pasar.
Ini terjadi karena si penderita psikosomatik sering membayangkan apa yang bakal terjadi jika ia pergi ke suatu tempat dan kemudian ia meninggal di sana. Hal semacam ini terus dalam pikirannya kecemasan merupakan penyakit batin, dan menyebabkan perasaan tegang. Tak jarang orang yang mengidap penyakit ini berusaha untuk bunuh diri. Perasaan ingin bunuh diri ini disebabkan penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Jika kondisi ini terjadi kemana ia harus mengadu?
Pendekatan Psikologi Qur'ani
Untuk langkah pertama adalah kita mengadu kepada Allah SWT dan kemudian kita pergi konsultasi pada dokter psikosomatik. Dalam Al-Qur'an, Allah telah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 155-57 "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raa'ji'unn. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Ayat di atas jelas menggambarkan kepada kita bahwa Allah SWT memberitahu bahwa Allah SWT menguji hamba-Nya. Ujian itu berupa kesenangan, kesusahan, sehat, sakit, kaya dan miskin, supaya diketahui dan terbukti siapakah yang tetap ber-Tuhan kepada Allah SWT dalam segala keadaanya, siapa pejuang dan sabar, dan siapa yang lancung, maka siapa yang sabar diberi pahala dan siapa yang patah dan syirik disiksa.
Dengan demikian manusia harus berjuang, karena hidup adalah pergulatan antara kebenaran dan kebatilan, pertarungan antara kebaikan dan keburukan. Selanjutnya, Rasullullah shallalla-hu'alaihi wasallam bersabda, "Alangkah menakjubkan perkara orang mukmin! Semua urusan kebaikan baginya. Jika ketika dikaruniai kesenangan dia bersyukur, maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Jika ketika dikaruniai kesenangan dia bersabar, maka hal itu merupakan kebaikan baginya." (HR. Muslim).
Demikian juga termuat dalam surat Al Baqarah ayat 216, Allah SWT berfirman, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Selain dari ayat-ayat di atas, masih terdapat sekitar 134 ayat dalam berbagai kasus yang memaparkan tentang rasa takut, dan sebanyak 48 ayat dengan lafal gelisah. Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa pendekatan psikologi qur'ani merupakan solusi yang tepat untuk keluar dari cengkraman rasa cemas dan rasa takut yang tak beralasan, di samping tentunya berusaha berkonsultasi dengan ahli psikosomatik.
Dokter umum atau dokter spesialis (bukan psikosomatik) biasanya menanganinnya tanpa mau merujuk penanganannya pada dokter spesialis yang menangani psikosomatik. Bisa ditebak apa yang terjadi. Pasien psikomatik biasanya akan berpindah dari satu dokter ke dokter lainnya. Akhirnya, sebagai manusia beragama sudah selayaknya kita mendalami isi kandungan Al-Qur'an karena peristiwa-peristiwa yang terjadi di jagat raya ini telah dengan jelas diuraikan dalam Al-Qur'an. Kita jangan cepat-cepat mengatakan bahwa si penderita sakit "dibuat" oleh para pendengki.
Sebab ketidaktahuan kita akan suatu penyakit dewasa ini sering diasumsikan pada orang yang dengki telah berbuat zalim kepada kita, padahal penyakit yang kita derita adalah disebabakan tekanan kehidupan kita yang mampu kita pecahkan secara sistemaitis. Hanya kepada Allah SWT kita mengadu dan menyerahkan masalah kita. Kita harus banyak bersabar dan terus mendekatkan diri kepada Allah SWT, pencipta alam semesta. Hanya Allah SWT satu-satunya yang mampu menolong semua masalah dan penderitaan kita. Jadi, sudah sepantasnyalah kita mengadukan problem kehidupan kita hanya kepada Allah SWT.***
sumber: waspada
No comments:
Post a Comment