14 July 2006

Menuju Jamaatul Muslimin



Semenjak kekhilafahan jatuh tahun 1924, ummat Islam hidup tercerai-berai tanpa ada kepemimpinan yang satu hingga hari ini. Persatuan mereka dipisahkan oleh nation-nation yang sempit akibat penjajahan Barat selama ratusan tahun. Potensi kekayaan alam mereka dieksploitasi untuk memajukan industri Barat. Jadilah, bangsa-bangsa yang berpenduduk mayoritas Muslim yang semula berada dalam kejayaan dan keemasan berubah menjadi bangsa-bangsa yang miskin di bawah bayang-bayang sistem kapitalisme Barat. Barat menamakan bagian dunia ini adalah dunia ketiga. Di samping itu, upaya ghazwul fikri (invasi pemikiran) yang dilakukan Barat secara tersistem terus menerus menggempur dunia Islam. Akibatnya, kemerosotan akhlaq dan aqidah (keimanan) bisa kita saksikan di berbagai bagian dunia Islam. Inilah wajah-wajah dunia Islam sekarang ini, persis sebagaimana yang pernah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW:

“Berbagai bangsa sebentar lagi akan menyerang kalian dari segala penjuru, bagaikan rayap-rayap menyerang tempat makan mereka. Para sahabat bertanya: Apakah hal itu karena kita pada waktu itu jumlahnya sedikit? Rasulullah menjawab: (Tidak), padahal kalian pada waktu itu banyak, tetapi kalian adalah buih, bagaikan buih air bah. SesungguhnyaAllah SWT akan mencabut kewibawaan kalian dan pada waktu yang sama Allah akan menanamkan wahn dalam hati kalian. Para sahabat bertanya: Apakah wahn itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Cinta dunia dan takut mati”. (HR. Abu Dawud).

Short post here
Extended post here
Hadits ini menunjukkan kepada fenomena adanya persekongkolan internasional di mana berbagai bangsa menyerang kaum Muslimin. Ummat Islam saat itu menjadi sebuah hidangan yang diperebutkan oleh siapa saja yang lapar dan rakus. Keadaan ini dibenarkan oleh realitas yang kita alamai dewasa ini. Barat dan Timur, golongan kanan dan kiri, ahli kitab dan orang-orang atheis; semua bersekongkol menyerang ummat Islam. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran: Mereka itu satu dengan yang lain saling membantu. Lebih parah lagi, sejak terjadinya peristiwa serangan 11 September 2001, skenario isu terorisme (baca: Islam) menjadi strategi yang cukup jitu untuk (kalau bisa) menghabisi kekuatan kaum muslimin, khususnya kaum muslimin yang memiliki ruh Islam yang tinggi.

Bagaimana jalan untuk dapat keluar dari kondisi seperti itu? Apakah kondisi ummat seperti ini dapat kembali kepada kejayaan sebagaimana sebelumnya? Bagaimanakah jalan menuju ke sana? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang dapat muncul di benak kaum Muslimin yang merindukan kembalinya kejayaan ummat Muslimin. Tidak ada yang mengetahui jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas selain dari Allah dan Rasul-Nya. Marilah kita simak informasi (futuristik) dari Allah SWT di dalam surat An-Nur: 55: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.

Ayat tersebut memberikan informasi tentang janji Allah SWT yang akan kembali memberikan kekuasaan (kekhalifahan) kepada orang-orang Mu’min dan mengerjakan amalan-amalan shalih. Allah SWT akan meneguhkan Dienul Islam serta menukar keadaan mereka yang ketakutan menjadi aman sentosa. Janji Allah pasti benar. Tinggal kita cermati dua hal utama sebagai syarat terealisirnya janji Allah tersebut: iman dan amal shalih. Munculnya orang-orang (generasi) yang memiliki keimanan yang benar dan terealisir dalam amal (aktifitas, kerja) yang nyata yang senantiasa mengikuti panduan Ilahi (Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW).

Inilah dua kunci utama untuk dapat mengembalikan kejayaan Islam. Di samping itu, kita dapati hadits-hadits futuristik dari Nabi SAW yang memberikan isyarat masa depan. Di antara berita gembira itu adalah hadits yang diriwayatkan oleh Tamim Al-Dari; “beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Risalah ini (yakni Islam) pasti akan sampai ke tempat-tempat yang telah dicapai oleh malam dan siang. Allah tidak akan meninggalkan satu pun rumah batu dan rumah bulu melainkan dia memasukkan agama ini ke dalam rumah tersebut; baik dengan kekuasaan penguasa atau kehinaan orang yang hina, dan Allah akan tetap memuliakan orang yang telah dimuliakan dan menghinakan orang yang dihinakan oleh kekufuran”. (HR. Ahmad).

Berita gembira lainnya ialah hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah bin Al-Yamani, dari Nabi SAW sbb: ”Dari Numan bin Basyir, ia berkata: Kami duduk-duduk di Masjid Rasulullah SAW, Basyir adalah seorang yang tidak banyak bicara. Kemudian datang Abu Tsalabah seraya berkata, Wahai Basyir bin Sad, apakah kamu hafal hadits Rasulullah SAW tentang para penguasa? Maka Hudzaifah tampil seraya berkata, Aku hafal khutbahnya. Lalu Abu Tsalabah duduk mendengarkan Hudzaifah berkata: Rasulullah SAW bersabda:

1). Muncul kenabian di tengah-tengah kamu selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
2). Kemudian akan muncul khilafah sesuai dengan sistem kenabian selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
3). Kemudian akan muncul raja yang menggigit selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
4). Kemudian akan muncul raja yang diktator selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
5). Kemudian akan muncul (lagi) khilafah sesuai dengan sistem kenabian. Kemudian beliau diam.

Hussein bin Muhammad bin Ali Jabir memberikan penjelasan seputar periodisasi dalam hadits tersebut sbb:

  1. Periode pertama dan kedua cukup jelas, yaitu saat Nabi masih hidup dan kemudian digantikan oleh Khalifah Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Utsmna ibn Affan serta Ali ibn Abi Thalib. Bentuk pemerintahan mereka adalah khilafah yang terpimpin, sesuai dengan sistem kenabian. Akhirnya lembaran putih ini (masa khilafah rasyidah) digulung pada saat tangan seorang berdosa menikam dada harum penuh berkah Ali bin Abi Thalib ra. Setelah itu, ummat Islam memasuki era pemerintahan baru di mana khilafah dijadikan barang warisan di antara Bani Umayyah di Syam.
  2. Periode Bani Umayyah sampai dengan Khilafah Utsmaniyyah adalah periode raja yang mengigit. Pada tahun 1924, periode ketiga ini diakhiri oleh Dewan Nasional Turki yang menyatakan pembubaran dan penggulingannya.
  3. Dengan demikian, ummat Islam telah melampaui periode ketiga dari periodisasi pemerintahan yang diramalkan oleh Rasulullah SAW tersebut; selanjutnya memasuki periode keempat, yaitu periode raja yang diktator dalam bentuk kudeta-kudeta militer dan lain sebagainya yang kita saksikan pada abad ini. Kita tidak tahu pasti kapan Allah akan mencabutnya sehingga ummat Islam, bahkan semua manusia, akan hidup bahagia dalam periode baru, yaitu periode khilafah sesuai sistem kenabian. Periode yang menjadi cita-cita ummat Islam dan semua manusia. Karena hanya periode inilah yang mampu menyelesaikan semua problematika ummat manusia dan dapat membahagiakannya.
Mengomentari hadits tersebut Syaikh Yusuf Qaradhawi mengatakan sbb: “Hadits tersebut membawa berita baik tentang akan lenyapnya era pemerintahan diktator yang otoriter, zhalim, dan kejam kemudian disusul dengan munculnya kekhalifahan yang baik; mengikuti konsep (Manhaj) Nabi dalam menegakkan keadilan, melaksanakan sistem musyawarah, mengayomi hukum-hukum Allah, dan memelihara hak-hak rakyat”.

No comments: